KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Schroders Indonesia memiliki produk unggulan dari kelas aset reksadana campuran. Pengelolaan aset yang berimbang menjadi salah satu kunci Manajer Investasi (MI) ini sehingga bisa hasilkan tingkat pengembalian alias
return positif.
Investment Specialist Schroders Indonesia Rizky Hidayat mengatakan, selama semester pertama 2023, Schroders memandang netral baik di pasar saham maupun pendapatan tetap (
fixed income). Hal itu karena ketidakpastian makro global termasuk kebijakan the Fed, kekhawatiran akan resesi di Amerika Serikat (AS), hingga krisis perbankan di AS dan Eropa yang menimbulkan tekanan di pasar.
Valuasi pasar saham masih terlihat murah dengan fundamental yang solid. Sementara obligasi akan reli apabila bank sentral melakukan
pivoting, namun kepemilikan asing masih cukup rendah berada di level sekitar 15% dibandingkan sebelum covid-19 di level 40%.
Baca Juga: Ini Penyebab AUM Reksadana Indeks dan ETF Naik Paling Tinggi di Juni 2023 “Melihat kondisi tersebut, penempatan di saham dan obligasi untuk reksadana campuran bisa dikatakan cukup berimbang selama semester pertama tahun ini,” kata Rizky kepada Kontan.co.id, Jumat (14/7). Adapun berdasarkan data Infovesta Kapital Advisori, reksadana campuran mencetak
return tertinggi yakni 0,83%
month on month (MoM) di Juni 2023. Reksadana pendapatan tetap menghasilkan return dan reksadana pasar uang masing-masing menghasilkan
return sebesar 0,57% MoM dan 0,29% MoM. Sementara, reksadana saham hanya mencetak
return 0,24% MoM. Di sepanjang tahun ini alias secara
year to date (YtD), reksadana pendapatan tetap mencetak
return tertinggi sebesar 3,62% YtD. Disusul, kinerja reksadana pasar uang yang mencetak
return 1,88% dan reksadana campuran dengan sebesar 1,68% YtD. Sementara, reksadana saham terpantau koreksi 0,57% YtD. Rizky mengungkapkan, Schroders Indonesia selalu mengedepankan faktor fundamental yang kokoh, potensi yang atraktif, risiko manajemen dan likuiditas dalam pemilihan instrumen. Adapun produk unggulan reksadana campuran kelolaan Schroders Indonesia ialah Schroders Dana Campuran Progresif yang mencetak
return sebesar 6,73% YtD per akhir Juni 2023. Mengutip data Pasardana, portofolio dari Schroders Dana Campuran Progresif per akhir Juni 2023 terdiri atas efek utang sebesar 50,19%, efek bersifat ekuitas dengan porsi sebesar 47.57%, serta pasar uang sekitar 2.24%. Secara rinci, aset-aset produk tersebut di antaranya obligasi negara Republik Indonesia seri FR0072, obligasi negara Republik Indonesia seri FR0083, dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Baca Juga: Nilai AUM Melaju, Simak Prospek Reksadana Indeks dan ETF Sementara itu, Rizky menyatakan bahwa Schroders akan defensif terhadap pasar saham di semester kedua 2023 karena risiko volatilitas yang berasal dari sentimen global seperti perlambatan ekonomi AS dan China. Permintaan domestik juga masih lesu dan dapat menimbulkan risiko terhadap pertumbuhan. Di sisi lain, pasar obligasi dipandang positif karena meredanya inflasi dan tingkat suku bunga yang telah mencapai puncaknya. Meskipun demikian, Schoders memperkirakan adanya koreksi teknikal jangka pendek karena obligasi jangka panjang telah menguat dalam beberapa bulan terakhir. “Dalam kondisi tersebut, kami melihat bahwa strategi yang paling sesuai untuk menghadapi volatilitas pasar sekaligus mencoba untuk menangkap peluang adalah penempatan yang cenderung berimbang di kelas aset. Serta, juga mempertimbangkan faktor fleksibilitas untuk beradaptasi dengan kondisi pasar,” imbuh Rizky.
Editor: Tendi Mahadi