Investasi SRBI di Dana Pensiun Terus Tumbuh Berkat Tawaran Suku Bunga yang Kompetitif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan Dana Pensiun (Dapen) saat ini mulai mengalokasikan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pada portofolio investasi mereka.

Di antaranya seperti Dapen PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan Dapen PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). 

Sebagai informasi, investasi industri Dana Pensiun di SRBI terus meningkat dari Rp 28 miliar pada akhir 2023 menjadi Rp 10,8 triliun per September 2024.


Baca Juga: Sejumlah Dana Pensiun Mencatat Hasil Investasi Positif per Kuartal III-2024

Perusahaan Dana Pensiun BCA (DPBCA) telah mengalokasikan investasi SRBI ke dalam portofolio investasi mereka. 

Direktur Utama Dana Pensiun BCA, Budi Sutrisno menilai investasi SRBI di dana pensiun terus tumbuh karena SRBI menawarkan suku bunga diskonto yang kompetitif, jika dibandingkan dengan deposito atau instrumen pasar uang lainnya. 

“Dalam situasi suku bunga saat ini, instrumen jangka pendek seperti SRBI menjadi pilihan menarik untuk memperoleh return yang lebih baik dalam waktu singkat,” kata Budi kepada Kontan.co.id, Senin (11/11). 

Selain itu, Budi menilai perusahaan dana pensiun yang telah mengambil posisi di aset berisiko tinggi kemungkinan besar memilih SRBI untuk menyeimbangkan portofolio mereka, terutama dalam kondisi pasar yang tidak pasti.

Menurutnya, SRBI dapat digunakan sebagai alat untuk mempertahankan proporsi aset yang aman dalam portofolio.

Baca Juga: Investasi Dana Pensiun di Saham dan Obligasi Korporasi Turun, Ini Kata Dapen BCA

“SRBI juga dianggap sebagai instrumen dengan risiko rendah karena diterbitkan oleh Bank Indonesia. Risiko gagal bayar sangat rendah, sehingga menjadi pilihan yang aman untuk investasi jangka pendek. Sehingga wajar jika investasi SRBI terus naik,” ungkapnya.

Budi mengungkapkan bahwa dapen BCA sendiri mengalihkan sebagian instrumen Deposito Berjangka ke SRBI. Hal ini dilakukan karena SRBI merupakan pilihan investasi jangka pendek, di mana suku bunga yang diberikan saat kni dapat memberikan hasil lebih besar dibanding suku bunga Deposito.

“Sehingga perpindahan investasi dilakukan dari Deposito ke SRBI,” imbuhnya. 

Ia menyebutkan, bahwa saat ini SRBI menyumbang porsi sebesar 8,42% dari total nilai investasi hingga September 2024. Adapun total nilai investasi mencapai Rp 5,87 triliun pada priode tersebut. 

Baca Juga: Terus Berguguran, Inilah 10 Dana Pensiun yang Dibubarkan OJK Sepanjang 2024

Budi memproyeksi, investasi SRBI di Dana Pensiun ke depannya tetap memiliki daya tarik yang tinggi dalam kondisi suku bunga stabil atau menurun. Menurut dia, imbal hasil SRBI yang terjamin dengan risiko rendah, akan lebih menarik dibandingkan dengan instrumen lain dengan profil risiko lebih tinggi. 

“Untuk Dapen dan institusi dengan fokus keamanan dan likuiditas, SRBI tetap akan menjadi pilihan utama mengingat stabilitas dan kepastian return yang ditawarkan,” kata dia. 

Tak hanya itu, Budi juga menilai bahwa SRBI memiliki likuiditas tinggi dan dapat digunakan sebagai instrumen cash management yang baik dalam menghadapi kebutuhan likuiditas jangka pendek, terutama bagi investor institusi dan juga menjadi alternatif yang lebih menarik dibanding deposito bank, terutama jika deposito menawarkan imbal hasil yang lebih rendah seiring penurunan suku bunga.

Sedangkan untuk tantangan dalam berinvestasi di SRBI yakni, instrumen ini menawarkan risiko yang rendah, sehingga jika terjadi penurunan suku bunga, maka potensi imbal hasil SRBI akan semakin rendah. 

“Maka bagi investor yang mengharapkan return lebih tinggi, ini dapat menjadi tantangan, karena mereka mungkin perlu mencari alternatif investasi lain dengan yield lebih tinggi, seperti obligasi korporasi atau instrumen ekuitas,” ungkapnya. 

Baca Juga: Dapen BCA Mencatat Total Investasi per September 2024 Sebesar Rp 5,87 Triliun

Selaras dengan hal ini, Direktur Utama Dapen BTN, Mas Guntur Dwi Sulistyanto mengatakan, pihaknya juga mulai mengalokasikan SRBI ke dalam portofolio karena investasi ini ditebitkan oleh Bank Indonesia (BI) sehingga jelas aman, dengan risiko rendah.

Editor: Noverius Laoli