Soleimani dimakamkan, Iran: Kematian bagi Amerika, semua pasukan AS adalah teroris



KONTAN.CO.ID - TEHERAN. Iran telah menyematkan label bagi semua pasukan AS sebagai "teroris". Mengutip Daily Mirror, Pemimpin Garda Revolusi telah bersumpah untuk "membalas dendam yang keras dan definitif" atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani.

Janji itu diucapkan ketika puluhan ribu pelayat menghadiri pemakaman Jenderal Soleimani di kota asalnya di tengah krisis yang melanda di Timur Tengah dan kekhawatiran akan perang baru.

Komandan Pasukan Quds tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS -atas perintah Presiden Donald Trump- di dekat bandara Baghdad Jumat lalu, mengirim konflik ke wilayah yang belum pernah terjadi sebelumnya.


Daily Mirror menyebutkan, di tengah seruan global untuk tenang, Teheran telah berjanji untuk membalas dan bersiap untuk menyerang balik. Di sisi lain, Trump telah memperingatkan Teheran bahwa Amerika akan menyerang kembali jika ada warga sipil AS atau situs yang ditargetkan.

Baca Juga: Ketegangan Amerika Serikat dan Iran kerek sektor pertambangan

TV pemerintah Iran menyiarkan gambar-gambar langsung dari ribuan orang, banyak dari mereka berpakaian hitam, berkabung untuk Jenderal Soleimani, 62 tahun, di jalan-jalan Kerman, sebuah kota di Iran tenggara.

Dia dipandang secara luas sebagai pahlawan nasional dan dilihat sebagai tokoh Iran paling kuat kedua di belakang Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Ketika pemakaman diadakan pada hari Selasa, parlemen Iran mengesahkan RUU yang menetapkan semua pasukan AS merupakan teroris, dan menambahkan: "Setiap bantuan untuk pasukan ini, termasuk militer, intelijen, keuangan, teknis, layanan atau logistik, akan dianggap sebagai kerja sama dalam tindakan teroris."

Baca Juga: Iran disebut berada di jalur pembuatan senjata nuklir, apa komentar Israel?

Anggota parlemen, yang meneriakkan "Kematian bagi Amerika" setelah mengesahkan RUU itu, juga memilih untuk menyuntikkan 170 juta poundsterling ke dalam Pasukan Quds, cabang operasi asing Pengawal Revolusi.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie