Iran: Pengayaan uranium 60% adalah tanggapan atas aksi terorisme Israel



KONTAN.CO.ID - TEHERAN. Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pada Rabu (14 April), keputusannya untuk meningkatkan pengayaan uranium menjadi 60% adalah tanggapan terhadap aksi "terorisme nuklir" Israel terhadap fasilitas Natanz.

Iran memulai sentrifugal canggih dan memproduksi lebih banyak uranium yang dimurnikan lebih tinggi "adalah tanggapan atas kebencian Anda," kata Rouhani dalam pesan yang ditujukan kepada Israel, seperti dikutip Channel News Asia.

"Apa yang Anda lakukan adalah terorisme nuklir," ujarnya dalam sambutan yang disiarkan televisi, mengacu pada ledakan Minggu (11 April) pagi yang mematikan listrik di fasilitas nuklir utamanya di Iran tengah. "Apa yang kami lakukan legal".


Israel tidak mengonfirmasi atau membantah keterlibatannya. Tetapi, laporan radio publik di negara itu menyebutkan, itu adalah operasi sabotase oleh agen mata-mata Mossad, mengutip sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya.

Rouhani mencatat, badan keamanan Iran belum memberikan laporan akhir tapi insiden tersebut tampaknya merupakan "kejahatan Zionis (Israel)".

Baca Juga: Wah, Iran akan memperkaya uranium ke level tertinggi yang pernah ada

Utusan Iran untuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB Kazem Gharibabadi menulis di Twitter, langkah-langkah persiapan untuk memungkinkan pengayaan ke kemurnian yang lebih tinggi telah dimulai

"Kami berharap untuk mengumpulkan produk minggu depan dari sentrifugal di Natanz," sebutnya, seperti dilansir Channel News Asia.

Tidak bisa menghentikan kami

Pengumuman Iran tentang peningkatan pengayaan telah membayangi pembicaraan di Wina, Austria, yang bertujuan untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia.

Langkah itu akan membawa Iran mendekati ambang kemurnian 90% untuk penggunaan militer dan mempersingkat potensi "waktu pelarian" untuk membangun bom atom, sebuah tujuan yang dibantah oleh Republik Islam itu.

Baca Juga: AS terus dekati Israel demi bisa kembali ke kesepakatan nuklir Iran

Editor: S.S. Kurniawan