Jack Welch, sosok yang menyulap GE menjadi perusahaan paling berharga di Amerika



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Dunia bisnis kehilangan sosok Jack Welch, bekas Chief Executive Officer (CEO) General Electric (GE) yang meninggal dunia pada usia 84 tahun, Senin (2/3). Pada masanya, Welch dikenal sebagai sosok pemimpin perusahaan yang brilian dan disegani.

Ia juga dikenal sebagai pemimpin bisnis yang menjadi inspirasi bagi para CEO dunia.

Berkat tangan dinginnya, Welch mampu mengubah GE selama era 1980-an dan 1990-an menjelma menjadi raksasa bisnis dan perusahaan publik paling berharga di Amerika Serikat (AS).


Baca Juga: Jack Welch, CEO General Electric (GE) paling legendaris tutup usia

Seperti dikutip Reuters, di bawah kepemimpinan Welch, nilai kapitalisasi pasar GE tumbuh dari US$ 12 miliar menjadi US$ 410 miliar.

Jack Welch sudah diumumkan akan menggantikan CEO GE pada Desember 1980. Saat itu CEO GE masih dijabat Reginald Jones.

Empat bulan berselang atau pada April 1981, Welch resmi mengambil alih sebagai Chairman dan menjadi CEO kedelapan GE.

Dia menjabat dalam posisi itu sampai dia pensiun pada September 2001, dan digantikan oleh Jeff Immelt.

Di bawah kepemimpinan Welch, GE mencatat pertumbuhan dan ekspansi luar biasa. Melalui perampingan operasional, mengakuisisi bisnis baru dan memastikan bahwa setiap bisnis di bawah payung GE menjadi kunci GE dapat berkembang secara dramatis dari 1981 hingga 2001.

Pada 1980, tahun sebelum Welch menjadi CEO, GE hanya mencatat pendapatan sekitar US$ 26,8 miliar. Pada tahun 2000, atau setahun sebelum dia pensiun, pendapatan tahunan GE hampir US$ 130 miliar.

Perusahaan ini adalah salah satu perusahaan paling berharga dan terbesar di dunia pada saat Welsch pensiun. Dan ini menjadi legacy Welch.

Kepiawaian Welch dalam memimpin perusahaan mendapat pengakuan. Pada tahun 1999, Fortune menjuluki Welch "Manajer Abad Ini," dan Financial Times menyebutnya sebagai salah satu dari tiga pemimpin bisnis paling dikagumi di dunia.

Baca Juga: Manipulasi keuangan General Electric lebih besar dibanding Enron

Editor: Khomarul Hidayat