Jadi indeks dengan penurunan paling mini, begini prospek saham IDX Growth30



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja seluruh indeks saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), secara year to date (ytd) masih berada di zona merah. Meskipun begitu, ada satu indeks yang menorehkan penurunan paling mini, yakni indeks IDX Growth30.

Berdasarkan data BEI per Kamis (18/6), indeks yang diluncurkan pada 12 Agustus 2019 ini hanya turun 20,64% ytd. Indeks IDX Growth30 mengukur kinerja harga dari 30 saham yang memiliki tren harga relatif terhadap pertumbuhan laba bersih dan pendapatan dengan likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, indeks IDX Growth30 ditopang oleh beberapa saham yang tergolong defensif, seperti telekomunikasi, barang konsumsi, dan kesehatan. "Dengan begitu, kinerja perusahaan lebih memiliki daya tahan di tengah pandemi Covid-19 yang memengaruhi perputaran roda ekonomi," kata Herditya kepada Kontan.co.id, Kamis (18/6).


Baca Juga: Likuiditas asing banjir mengalir ke obligasi global Indonesia

Memang, dari 30 saham tersebut, 10 saham yang mencatatkan kenaikan harga maupun penurunan paling kecil sejak awal tahun banyak berasal dari sektor defensif. Dua teratas ditempati oleh PTĀ  Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang naik 28,57% ke Rp 1.035 per saham dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang tumbuh 11,71% menjadi Rp 2.290 per saham.

Disusul oleh PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) yang terkoreksi 0,33% ytd ke Rp 1.490, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) -3,53% menjadi Rp 1.230, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) -4,88% ke Rp 1.170, dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) -12,96% menjadi Rp 1.410.

Ada juga PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) yang merosot 14,62% ytd ke Rp 5.550, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) -16,45% menjadi Rp 27.925, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) -17,26% ke Rp 1.270, dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) -17,38% menjadi Rp 3.280 per saham.

Baca Juga: Pemangkasan suku bunga BI dinilai belum mampu dorong penguatan IHSG

Editor: Wahyu T.Rahmawati