Jelang Window Dressing, Ini Rekomendasi Saham Layak Koleksi Pilihan Analis



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menjelang bulan Desember, pelaku pasar bersiap menjaring cuan dari fenomena window dressing. Dengan sejumlah catatan, analis memprediksi window dressing berpeluang terjadi di akhir tahun ini.

Window dressing sendiri biasanya menjadi strategi manajer investasi untuk memoles tampilan portofolionya.

Dengan memilih saham yang cenderung naik dan bisa memberikan imbal hasil menarik, fenomena window dressing bisa menjadi pendongkrak harga saham unggulan.


Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro melihat peluang window dressing pada bulan Desember masih sangat terbuka. Ada beberapa alasan yang mendasari optimisme tersebut. 

Pertama, persepsi positif investor terhadap meredanya laju kenaikan Federal Funds Rate (FFR) pada Desember. 

Adapun, sebelum rilis inflasi Amerika Serikat yang melandai ke posisi 7,7% secara tahunan (YoY), pasar masih memperkirakan kenaikan FFR di Desember dominan di level 75 basis points (bps). Tapi saat ini potensi kenaikan terjadi sebesar 50 bps.

Baca Juga: Investor Pasar Modal Tembus 10,11 juta, 99,6% dari Investor Lokal 

Berdasarkan sumber dari CME Group, persentase kenaikan FFR 50 bps mencapai 75,8%. "Perkiraan FFR turun dibanding ekspektasi sebelumnya dapat menjadi katalis positif untuk market," jelas Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (27/11).

Kedua, kenaikan suku bunga acuan yang akan dilakukan Bank Indonesia sebagai langkah front loaded dan pre-emptive diprediksi akan mendapat respons positif pasar saham Indonesia. 

"Sebagaimana yang terjadi pada kenaikan dua bulan terakhir, tentu saja jika sesuai konsensus," imbuh Nico.

Faktor ketiga yang memuluskan potensi window dressing adalah rilis data inflasi pada awal bulan Desember, yang diproyeksikan berlanjut turun. Kondisi ini bakal menjadi angin segar untuk pelaku pasar.

Sementara itu, CEO Edvisor.id Praska Putrantyo memperkirakan window dressing pada Desember 2022 bisa terjadi dengan potensi upside relatif terbatas. Praska menambahkan, rilis laporan keuangan emiten per kuartal III-2022 yang masih dominan berkinerja positif bisa menjadi faktor pendorong.

Baca Juga: IHSG Melemah 0,41% Dalam Sepekan, Simak Proyeksinya untuk Pekan Depan

"Hal itu membuat euforia masih berlanjut di penutupan tahun. Meskipun tidak signifikan karena sudah di-priced in pada bulan-bulan sebelumnya," kata Praska.

Selain itu, investor asing tampak kembali mengakumulasi saham, yang mana dalam sepekan terakhir kembali tembus Rp 1 triliun. Praska turut menyoroti potensi melambatnya inflasi pasca kebijakan BI mengerek suku bunga acuan sebanyak 50 bps per November 2022.

Menurutnya, kebijakan tersebut mendorong optimisme investor di pasar modal. Hal itu terefleksi melalui indikator yield Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tenor 10 tahun yang mulai turun di bawah 7% mengikuti yield US Treasury yang sudah turun di bawah 4%.

Editor: Noverius Laoli