Jepang karantina 3.700 penumpang dan awak kapal pesiar di Pelabuhan Yokohama



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pemerintah Jepang mulai menyaring lebih dari 3.700 penumpang dan awak di sebuah kapal pesiar yang dikarantina di pelabuhan Yokohama dekat Tokyo pada hari Selasa (4/2). Langkah ini dilakukan setelah seorang pria Hong Kong yang berlayar dengan kapal pesiar itu pada bulan lalu dinyatakan positif menderita virus corona.

Pria berusia 80 tahun itu terbang ke Jepang dan naik ke kapal, the Diamond Princess, yang dijalankan oleh Carnival Japan Inc, di Yokohama pada 20 Januari dan turun di Hong Kong pada 25 Januari.

Foto-foto dan video yang diposting di Twitter oleh seorang penumpang dengan akun @daxa_tw menunjukkan, petugas kesehatan mengenakan jubah plastik panjang dengan topi putih dan masker wajah berjalan menyusuri koridor yang sepi serta pemandangan lounge yang kosong dan dek yang sepi.


Baca Juga: Menjangkiti 23 negara, ini mitos dan fakta virus corona yang mematikan...

Para tamu diminta untuk tinggal di kamar mereka untuk menunggu skrining. "Ini bisa memakan waktu, tapi itu perlu, jadi kami meminta pengertian dan kerja sama Anda," demikian bunyi sebuah pengumuman.

Menurut Menteri Kesehatan Katsunobu Kato kepada wartawan, Jepang juga bersiap untuk memperluas cakupan skrining untuk virus tersebut dan meningkatkan kriteria tes setelah tes awal gagal mendeteksi virus pada beberapa orang yang kemudian ditemukan terinfeksi.

Baca Juga: Amerika Serikat selesaikan beleid pengenaan bea bagi negara yang lemahkan mata uang

Partai-partai oposisi dan beberapa pakar telah mengkritik pemerintah karena merespons terlalu lambat terhadap risiko yang ditimbulkan oleh penyebaran virus di China dan di tempat lain.

Hasil survei menunjukkan, wisatawan China mewakili 30% dari total wisatawan yang bepergian ke Jepang dan hampir 40% dari total jumlah pengunjung asing yang ke Jepang pada tahun lalu.

Baca Juga: Waspada corona, Australia kaji kirimkan pesawat kedua untuk evakuasi warga dari Wuhan

Jepang memiliki 20 kasus virus corona yang dikonfirmasi. Sekitar 17 orang ini sempat berada di Wuhan, kota China tengah tempat epidemi dimulai.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie