Jerman dan Inggris mengkritik ancaman Mercosur Presiden Prancis Macron



KONTAN.CO.ID -  BIARRITZ. Inggris dan Jerman mengkritik keputusan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang memblokir kesepakatan perdagangan antara Uni Eropa dan kelompok Mercosur dari negara-negara Amerika Selatan untuk menekan Brasil terkait kebakaran hutan Amazon.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, Macron mengatakan, dia telah memutuskan memblokir kesepakatan Uni Eropa-Mercosur dan menuduh Presiden Brasil Jair Bolsonaro berbohong dalam mengecilkan kehawatiran tentang perubahan iklim.

Baca Juga: Hutan Amazon terbakar, Presiden Brasil Jair Bolsonaro minta dunia tak ikut campur


Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengkritik keputusan Macron tersebut. Kritik itu dia sampaikan setelah mendarat di resor pantai Prancis Blarritz, dima Macron menjadi tuan rumah pada pertemuan puncak negara-negara G7. Kritik Johnson itu disampaikan sehari setelah Kantor Kanselir Jerman Angela Merkel melakukan hal yang sama di Berlin.

"Ada banyak jenis orang yang akan mengambil alasan apa pun untuk mengganggu perdagangan dan menggagalkan kesepakatan perdagangan dan saya tidak ingin melihatnya," kata Johnson kepada wartawan seperti dilansir Reuters, Minggu (25/8).

Seorang pejabat di kantor Macron mengatakan pemimpin Prancis itu kemudian menjelaskan posisinya kepada Merkel. "Itu adalah sesuatu yang dijelaskan presiden kepada Kanselir sehingga dia memahami posisi yang dia ambil kemarin dan itu adalah sesuatu yang dia pahami dengan sangat baik," kata pejabat itu.

Pada hari Kamis, Macron dan Sekretaris Jenderal AS António Guterres menyatakan keprihatinan tentang kebakaran hutan yang mengamuk di Amazon, tetapi Bolsonaro menanggapi dengan marah apa yang dianggapnya sebagai campur tangan.

Baca Juga: Ketegangan antar pemimpin negara meningkat, pertengkaran meletus pada KTT G7 Prancis

Kantor Macron mengatakan pada hari Jumat bahwa keputusan Bolsonaro dalam beberapa minggu terakhir menunjukkan dia telah memutuskan untuk tidak menghormati komitmen iklim yang dia buat ke Prancis pada pertemuan puncak G20 terakhir di Osaka, Jepang.

Editor: Noverius Laoli