Jet tempur China berseliweran puluhan kali, Taiwan: Kami tidak takut musuh



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Presiden Taiwan marah besar. Dia menuding Beijing secara sengaja mengobarkan ketegangan di kawasan Asia Timur. Pernyataan itu dirilis setelah puluhan pesawat perang China melintasi selat sempit yang memisahkan daratan dan pulau dengan pemerintahan sendiri hampir 40 kali pada hari Jumat dan Sabtu.

Melansir CNN, secara keseluruhan, serangan berulang, yang datang dari berbagai arah dan melibatkan kombinasi jet tempur canggih dan pembom berat, menandai peningkatan signifikan dalam ketegangan lintas selat.

"Apa yang kita lihat sekarang bukan hanya situasi di seberang Selat Taiwan, tetapi situasi regional. Aktivitas militer China baru-baru ini, terutama dalam beberapa hari terakhir, jelas merupakan ancaman kekuatan, yang merupakan bagian dari serangan verbal dan ancaman militer mereka melawan Taiwan," jelas Presiden Tsai Ing-wen kepada wartawan Minggu seperti dikutip CNN.


Peningkatan aktivitas militer Tiongkok terjadi ketika Keith Krach, Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk urusan ekonomi, energi dan lingkungan, mengadakan pertemuan di ibu kota pulau Taipei, menjelang upacara peringatan pada hari Sabtu untuk mantan Presiden Taiwan Lee Teng-hui.

Baca Juga: China rilis video: Jet tempur H-6K ledakkan replika pangkalan udara Guam AS

Kunjungan tiga hari ke pulau itu dikecam oleh Beijing, dengan juru bicara Kementerian Luar Negeri negara itu menuntut kedua belah pihak "segera menghentikan" kerjasama resmi.

China telah bereaksi dengan kemarahan yang meningkat atas hubungan yang semakin erat antara Taipei dan Washington. Itu sebabnya China telah meningkatkan latihan militer di perairan sekitar pulau yang terus dipandang Beijing sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari wilayahnya meskipun kedua belah pihak telah diperintah secara terpisah selama lebih dari tujuh dekade.

Baca Juga: China dan Taiwan makin memanas, begini kekuatan tempur keduanya

Reuters memberitakan, Taiwan mengatakan pada hari Senin (21/9/2020) bahwa angkatan bersenjatanya memiliki hak untuk membela diri dan melakukan serangan balasan di tengah "pelecehan dan ancaman".

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie