KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah pihak menilai skema pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP) yang memobilisasi US$ 21,6 miliar atau lebih dari Rp 300 triliun belum tentu efektif menjadi katalis bagi proyek energi baru terbarukan (EBT) di dalam negeri. Persoalan utamanya, pendanaan dari skema ini lebih dominan komersial dibandingkan pinjaman lunak. Sebagai informasi, komitmen pendanaan yang disepakati dalam pernyataan bersama awalnya bernilai US$ 20 miliar. Namun kini dengan berbagai penambahan telah mencapai US$ 21,6 miliar di mana US$ 11,6 miliar bersumber dari dana publik negara-negara International Partners Group (IPG), sedangkan US$ 10 miliar akan berasal dari bank-bank internasional yang bergabung dalam Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) working group. Executive Vice President of Renewable Energy PT PLN, Zainal Arifin menilai, pendanaan JETP belum tentu dapat mengakselarasi proyek-proyek EBT PLN.
JETP Belum Tentu Efektif Mengakselarasi Proyek EBT di Indonesia, Ini Alasannya
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah pihak menilai skema pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP) yang memobilisasi US$ 21,6 miliar atau lebih dari Rp 300 triliun belum tentu efektif menjadi katalis bagi proyek energi baru terbarukan (EBT) di dalam negeri. Persoalan utamanya, pendanaan dari skema ini lebih dominan komersial dibandingkan pinjaman lunak. Sebagai informasi, komitmen pendanaan yang disepakati dalam pernyataan bersama awalnya bernilai US$ 20 miliar. Namun kini dengan berbagai penambahan telah mencapai US$ 21,6 miliar di mana US$ 11,6 miliar bersumber dari dana publik negara-negara International Partners Group (IPG), sedangkan US$ 10 miliar akan berasal dari bank-bank internasional yang bergabung dalam Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) working group. Executive Vice President of Renewable Energy PT PLN, Zainal Arifin menilai, pendanaan JETP belum tentu dapat mengakselarasi proyek-proyek EBT PLN.