Jika corona berlanjut hingga Lebaran, kinerja emiten ritel semakin tertekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran wabah corona (Covid-19) berdampak pada lesunya dunia usaha, termasuk perdagangan kecil (ritel). Tak pelak, beberapa analis memprediksikan tahun ini bakal menjadi tahun yang berat bagi emiten ritel.

Analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian mengatakan, selama dua bulan pertama 2020 penjualan dan aktivitas peritel masih berjalan normal. Sampai akhirnya kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan pada awal Maret 2020 mulai memicu kekhawatiran.

Masyarakat memilih untuk berdiam diri di rumah. Selain itu, masyarakat akan memprioritaskan pengeluaran mereka untuk kebutuhan konsumsi dasar dibanding produk seperti pakaian, gadget, ataupun perkakas rumah tangga.


Baca Juga: Matahari Putra Prima (MPPA) Memprediksi Transaksi di Ramadan 2020 Naik 20%

“Masyarakat khawatir tentang kemungkinan karantina wilayah (lockdown), yang akan membuat mereka tidak bisa keluar untuk membeli kebutuhan,” terang Robert.

Di sisi lain, permintaan untuk produk kesehatan seperti masker dan pembersih tangan (hand sanitizer) terus meningkat. Menurut data Nielsen, penjualan hand sanitizer mingguan di Alfamart (AMRT) meningkat 200% secara tahunan (year-on-year/yoy) setelah kasus Covid-19 pertama di Indonesia mencuat pada 2 Maret 2020.

Penjualan sabun tangan cair meningkat 285% secara yoy dan penjualan vitamin mingguan meningkat sebesar 81% secara yoy.

Pandemik Covid-19 membuat gaya hidup masyarakat juga bergeser. Karena sebagian besar masyarakat mengkarantina diri di dalam rumah mereka, penjualan online akan menjadi lebih menarik.

Lebih lanjut, Robert memperkirakan kuartal II-2020 akan menjadi waktu yang tidak menguntungkan bagi emiten pengecer, seperti yang terjadi pada akhir kuartal pertama.

Editor: Herlina Kartika Dewi