Jurus Logindo di tengah lesunya bisnis perkapalan



JAKARTA. PT Logindo Samuderamakmur Tbk akan mengandalkan strategi efisiensi dan melakukan perpanjangan ulang utang yang dimiliki perusahaan untuk bisa bertahan di tengah lesunya bisnis perkapalan offshore.

Bisnis emiten berkode LEAD ini memang tengah tertekan akibat lesunya aktivitas eksplorasi seiring dengan turunnya harga minyak mentah. Pelaku industri migas lebih memilih melakukan impor. Selain itu, minat investor melakukan eksplorasi sepi juga dikarenakan aturan dan perizinan kegiatan eksplorasi dinilai memberatkan.

Sundap Caruli, direktur Keuangan Logindo mengatakan, strategi penjadwalan ulang perbankan (reschedule) dilakukan agar kewajiban pembayaran bisa lebih ringan. “ Hampir seluruh utang sudah direschedule, tinggal sedikit lagi yang belum,” katanya pada KONTAN baru-baru ini.


LEAD telah memperpanjang tenor utang dengan United Overseas Bank Limited Singapura senilai US$ 44 juta sampai Agustus 2021. Kesepakatan reschedule membuat cicilan pokok yang harus ditanggung perseroan menjadi sekitar US$ 900 ribu per bulan. Lalu tenor sisa utang perusahaan ke DBS Bank Limited sebesar US$ 30 juta juga diperpanjang lima tahun ke depan.

Dalam laporan keuangan Logindo semester I 2016, utang jangka pendek perseroan tercatat sebesra US$ 32,29 juta dan utang jangka panjang US$ 124,94 juta.

Eddy K. Logam, Presiden Direktur Logindo mengatakan saat ini sekitar 60% dari 59 unit armada kapal perusahan berhenti beroperasi karean tidak dapat kontrak di tengah sepinya aktivitas eksplorasi migas lepas pantai.

Oleh karena itu, Logindo juga berusaha melakukan efisiensi untuk bertahan. Sebanyak 200 dari 700 kru kapal perusahaan telah dirumahkan untuk mengurangi biaya operasional.

Editor: Yudho Winarto