Kabar gembira bagi pencinta durian, harga Musang King anjlok hingga 50%



KONTAN.CO.ID - GEORGETOWN. Ada kabar gembira bagi pecinta durian. Pasalnya, harga Musang King di Malaysia anjlok antara 20% hingga 50%. Penyebabnya tak lain adalah kecemasan akan virus corona dan kelebihan pasokan di pasar.

Ironisnya, petani durian diprediksi akan mencatatkan panen besar pada pertengahan tahun karena kondisi cuaca yang menguntungkan.

Melansir The Star, seorang pedagang durian di Malaysia, Tan Chee Keat, harga 1 kilogram Musang King sekarang dihargai antara RM 24 hingga RM 33 atau Rp 79.200 hingga Rp 108.900 (kurs Rp 3.300), dari harga sebelumnya RM 55 atau Rp 181.500.


Baca Juga: Kenaikan pajak dan virus corona buat ekspor Jepang bulan Januari turun 2,6%

"Kami menghadapi waktu yang menantang karena wabah (Covid-19). Pesanan ekspor kami telah turun 70% setelah Tahun Baru China," katanya kepada The Star. Dia menambahkan, China telah menjadi pasar ekspor terbesarnya.

Tan menyesalkan keputusan oleh banyak orang untuk menunda perjalanan mereka selama kecemasan akan wabah virus corona, sehingga menyebabkan pedagang mengalami perlambatan dalam bisnis.

Baca Juga: Xi Jinping: China memenangkan pertempuran melawan virus corona

"Orang-orang tidak berani bepergian karena takut terinfeksi. Sangat disayangkan karena pasokan durian di Penang pasti akan lebih dari cukup karena cuaca panas yang panjang. Bunga durian kami banyak yang mekar tapi tetap saja, kami harus berhati-hati karena musim hujan di bulan Maret akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas," katany.

Mitra bisnis Durian Central, yang hanya menyebutkan namanya sebagai Lim, mengatakan kiosnya di Macalister Road telah mengalami penurunan pengunjung hingga 50% sejak epidemi Covid-19 merebak.

Baca Juga: Singapura terapkan Stay-Home Notice, apa itu? Ini penjelasan lengkapnya

"Pelanggan kami biasanya dari China, Indonesia, Singapura dan Hong Kong, dan beberapa dari mereka adalah penumpang kapal pesiar. Namun, virus ini telah menghentikan banyak wisatawan untuk bepergian dan bisnis kami lambat akhir-akhir ini," katanya.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie