Kata Perencana Keuangan, Atur Strategi Investasi dalam Menghadapi Ketidakpastian



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian global masih membayangi pasar finansial di awal tahun ini. Beruntunglah investor yang memegang emas dan mengurangi perlahan porsi investasi pada saham.

Di awal tahun, prospek ekonomi global sudah terlihat suram karena inflasi AS belum bisa turun sesuai target, sehingga potensi kenaikan suku bunga agresif terus menggema. Kemudian akhir-akhir ini, krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) menjadi masalah baru bagi pasar global hampir secara keseluruhan.

Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto mengamati bahwa kondisi perekonomian global memang belum stabil pasca Covid-19, ditambah lagi dengan adanya perang dan krisis energi.


Hal ini tidak cukup baik bagi investor yang bermain pada instrumen investasi seperti saham karena kondisi ekonomi global yang sedang tidak kondusif berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Eko bilang, investor semestinya lebih berhati-hati dengan masuk ke aset aman (safe haven) seperti emas selama kuartal pertama tahun ini. Pasalnya, emas biasanya menjadi pilihan aset yang aman dalam kondisi penuh ketidakpastian.

Baca Juga: Instrumen Investasi Paling Cuan Saat Pasar Global Bergerak Volatil

“Orang-orang akan mencari investasi yang berisiko rendah (low risk) dengan likuiditas relatif tinggi, tetapi secara historis bisa mengalahkan inflasi seperti emas,” jelas Eko kepada Kontan.co.id, Minggu (2/4).

Mengutip Bloomberg, harga emas dunia di pasar spot per 31 Maret 2023 berada di posisi US$ 1,969.28 per ons troi atau naik sekitar 7,96% dari harga awal tahun yang senilai US$ 1,824.02 per ons troi.

Emas Antam juga mampu bertumbuh sekitar 5,06% ke level Rp 1.078.000 per gram dari posisi awal tahun sebesar Rp 1,026.000 per gram.

Di sisi lain, pasar saham memang tidak cukup mengesankan dalam tiga bulan pertama tahun ini. Indeks Kompas100 misalnya hanya bisa mencetak return relatif flat sebesar 0,09% menjadi 1.157,00. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan terkoreksi sekitar -0,66% ke level 6.805,28 pada kuartal I-2023.

Menurut Eko, kondisi perekonomian global belum stabil pasca Covid-19, perang dan krisis energi. Ini yang menyebabkan pasar saham terkontraksi karena bisnis emiten terpengaruh dampak global seperti adanya kenaikan suku bunga.

Karena itu, Eko menyarankan investor untuk meminimalkan dalam mengambil produk berisiko. Memegang uang tunai seharusnya lebih banyak atau mengalokasikan dana ke produk investasi aman seperti emas dan memilih investasi high return yang stabil.

Baca Juga: Ini Evaluasi Kinerja Instrumen Investasi pada Kuartal I Tahun 2023

Editor: Yudho Winarto