KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjaga stabilitas harga pangan menjadi kewajiban pemerintah. Kementerian Perdagangan (Kemdag) khususnya tak lepas dari dua aspek, yakni ekspor komoditas dan upaya untuk stabilisasi harga pangan lewat impor. “Fokus dari Kementerian Perdagangan, saat ini lebih besar kepada stabilisasi dalam negeri. Ya kita melihatnya itu nggak salah karena memang ada kebutuhan yang cukup mendesak terhadap stabilisasi harga pangan,” tuturnya melalui keterangannya akhir pekan kemarin. Menurutnya, persoalan stabilisasi harga sebenarnya tak perlu dikejar lewat importasi komoditas, syaratnya produksi pangan dalam negeri sudah berlebih atau swasembada.
“Nah, kalau itu terjadi sih kita bisa mengurangi impor secara bertahap. Itu tentunya bagus ya, tapi belum dimulai, jadi harus impor. Kalau tidak harga melonjak tinggi, pada teriak di dalam negeri. Akibatnya, bisa menimbulkan kondisi sosial yang tidak baik. Itu yang akhirnya disiasati dengan program jangka pendek seperti impor,” bebernya. Ia mencontohkan soal impor bawang putih mau tak mau harus dilakukan karena lahan yang terbatas untuk produksi bawang putih. “Jadi, lebih banyak untuk jangka pendek sih, shortcut demi stabilisasi. Di dalam jangka panjang semestinya ketahanan pangan yang diusulkan Pak Jokowi pada awal pemerintahan itu betul-betul semestinya dikerjakan mulai dari sekarang. Kan kita belum, akibatnya ya harus impor,” kata Chief Economist Samuel Sekuritas tersebut. Ia melihat, antisipasi jangka pendek ini cukup efektif untuk menekan lonjakan harga yang berujung terkereknya inflasi pangan. ”Inflasi kita kan hanya 3%-an. Di antaranya adalah efek dari impor tadi kan,” imbuhnya.
Senada, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menuturkan, dengan keterbatasan produksi bawang putih di dalam negeri, saat ini importasi menjadi satu-satunya jalan keluar agar pasokan dan harga tetap terjaga. Hanya saja, Enny berharap, impor yang dilakukan tidak sampai membuat petani bawang putih lokal rugi. "Impor sebenarnya tidak apa-apa asal tidak mengganggu petani kita. Untuk bawang putih porsi impor memang masih besar, karena itu hanya bisa diproduksi di dataran tinggi," tandasnya. Lana sendiri mengapresiasi langkah Kemdag yang tengah berupaya terus menyelidiki importir-importir nakal yang berusaha mennyiasati aturan impor. “Kalau perlu disebutkan importirnya siapa namanya, terus nggak boleh dikasih mandat lagi untuk impor,” ucapnya. Ia pun yakin, langkah memerangi kecurangan yang dilakukan importir nakal, tidak akan membuat jumlah importir berkurang. “Nggak ada efeknya. Banyak yang mau jadi importir. Kalau ada yang nakal, terus diganti sama yang lain, kan dia (importir) yang rugi sendiri,” ujar Lana.
Editor: Yudho Winarto