Kehilangan kontrak dari Kideco, outlook anak usaha Delta Dunia (DOID) negatif



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Moody's Investors Services menurunkan outlook PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) menjadi negatif dari sebelumnya stabil. Meski begitu, peringkat perusahaan tambang batubara anak usaha PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) dan obligasi yang diterbitkan tetap di level Ba3. 

"Perubahan outlook Bukit Makmur menjadi negatif mencerminkan lingkungan operasi yang menantang dan likuiditas kredit BUMA yang melemah dan potensi kehilangan pelanggan utama," ujar Maisam Hasnain, Asisten Wakil Presiden dan Analis Moody's dalam rilis Jumat (17/04). 

Namun, penegasan peringkat BUMA di Ba3 mencerminkan bisnis kontraktor jasa penambangan masih cukup kuat. Apalagi perusahaan ini menjadi kontraktor jasa penambangan batubara terbesar kedua di Indonesia dari sisi volume overburden. Bukit Makmur Mandiri juga memiliki hubungan dengan penambang batubara terbesar di Indonesia. 


Baca Juga: Delta Dunia Makmur (DOID) akan menerbitkan surat utang senilai US$ 750 juta

"Kami berharap BUMA akan mempertahankan struktur modal yang bijaksana dengan kebijakan keuangan yang konservatif," jelas Hasnain. BUMA memiliki kontrak layanan penambangan dengan PT Kideco Jaya Agung, anak perusahaan PT Indika Energy Tbk (INDY). 

Tapi sayangnya pada tahun ini, kontrak BUMA sudah tidak diperpanjang lagi oleh Kideco. Karena Indika telah memutuskan menggunakan layanan penambangan sendiri dalam beberapa bulan mendatang. Sebelumnya, Moody's menghitung kontrak dari Kideco bisa menghasilkan 9% pendapatan konsolidasi BUMA pada tahun 2007 hingga 2019. Moody's menambahkan, Kidecoo adalah pelanggan terbesar ketiga BUMA. 

Baca Juga: Kinerja 4 emiten batubara ini: PTBA, ADRO, DOID & ITMG kompak tergerus di 2019

Akibat kontrak yang tidak diperpanjang, leverafe yang disesuaikan diukur dengan utang yang disesuaikan/EBITDA meningkat 0,3% dari sebelumnya menjadi 3,3 -3,5 kali lebih tinggi dari 12-18 bulan ke depan. 

Editor: Avanty Nurdiana