Kim Jong Un akhirnya menyerah pada Trump, Korut bersiap untuk menanggung sanksi AS



KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Harapan Kim Jong Un bahwa Presiden AS Donald Trump pada akhirnya akan mencabut sanksi dalam waktu dekat pupus sudah.

Melansir Bloomberg, ada pengakuan mengejutkan bersamaan dengan keributan terbaru yang dilakukan oleh pemimpin Korea Utara minggu ini, yakni: upaya untuk melibatkan AS telah gagal. Rencana Kim sekarang adalah menemukan cara untuk bertahan hidup di bawah sanksi ekonomi yang menghancurkan sambil membangun pencegah nuklir yang lebih kuat untuk memaksa Washington berkompromi.

"Kita tidak pernah bisa menjual martabat kita, yang sejauh ini kita pertahankan sebagai sesuatu yang berharga seperti hidup kita sendiri, dengan harapan transformasi yang brilian," kata Kim, menurut kutipan dari pidato tujuh jam yang tidak biasa minggu ini kepada para pemimpin partai di Pyongyang.


Baca Juga: Menanti dengan cemas pidato tahunan terbesar Kim Jong Un di Tahun Baru 2020

“Kebuntuan yang dihadapi DPRK-AS, yang telah berlangsung selama beberapa generasi, kini telah dikompres menjadi pertikaian yang jelas antara kemandirian dan sanksi," jelasnya.

Sementara Kim menyalahkan krisis pada apa yang ia sebut pengkhianatan Amerika, pernyataannya adalah pengakuan implisit bahwa keputusannya untuk mengecilkan program nuklirnya dalam upaya untuk pencabutan sanksi tidak berhasil.

Korea Utara masih merana di bawah blokade internasional yang sama seperti yang terjadi pada 2018, ketika Kim mengumumkan dia memprioritaskan ekonomi atas pengembangan senjata, menghentikan uji coba rudal dan mengadakan pertemuan pertama dari tiga pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Trump.

Baca Juga: Semenanjung Korea mendidih, Kim Jong Un serukan langkah ofensif

Rencana terbaru Kim terdengar sangat mirip dengan kembalinya ke "Jalur Byungjin" tahun 2013, yang menyerukan agar memberikan perhatian yang sama untuk mengembangkan ekonomi Korea Utara dan memperkuat statusnya sebagai kekuatan bersenjata nuklir.

Kali ini, Kim membuat para pemimpin partai berjanji untuk melaksanakan kebijakan yang disebut "ofensif untuk terobosan frontal," sebuah strategi yang menurutnya akan memerlukan tindakan politik, diplomatik dan militer. "Bangsa ini harus mengencangkan ikat pinggang," katanya.

Baca Juga: Inilah sumpah Amerika jika Korea Utara tetap melakukan uji coba rudal

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie