Kinerja emiten CPO milik grup besar lesu di 2019, analis: Sahamnya masih menarik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten sawit anggota grup besar sudah menyampaikan laporan keuangannya sepanjang tahun 2019. Sebut saja, PT Astra Agro lestari Tbk (AALI) dari grup Astra. Tidak ketinggalan dari grup Salim seperti PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).  

Berdasar penelusuran Kontan.co.id, AALI mencatatkan koreksi pendapatan hingga 8,55% menjadi Rp 17,45 triliun dari tahun sebelumnya yang berada di Rp 19,08 triliun. Sementara, laba bersihnya terkoreksi lebih dalam sebesar 85,32% dari Rp 1,44 triliun menjadi Rp 211,12 miliar. 

Baca Juga: Turun 0,04%, saham sektor perkebunan jadi satu-satunya yang terkoreksi hari ini


Emiten CPO milik grup Salim, LSIP juga mencatatkan koreksi pendapatan sebesar 3% year on year (YoY) menjadi Rp 13,66 triliun dari sebelumnya Rp 14,06 triliun. LSIP masih mencatatkan koreksi laba hingga 23,38% menjadi Rp 253,9 miliar dari sebelumnya Rp 331,36 miliar. 

Masih dari grup Salim, SIMP yang merupakan emiten pengolahan CPO juga mengalami kinerja yang lesu. Pendapatan SIMP menurun 3% YoY menjadi Rp 13,65 triliun. Rugi SIMP sepanjang tahun 2019 juga membengkak hingga Rp 613,32 miliar menjadi Rp 546,19 miliar dari sebelumnya Rp 76,57 miliar. 

Berkaca dari laporan keuangan ketiganya yang kurang memuaskan, tahun 2019 merupakan tahun yang berat bagi emiten CPO. 

Menurut Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee, kinerja yang berat emiten-emiten CPO masih akan berlangsung di tahun 2020. Pasar yang tengah lesu karena penyebaran virus corona atau COVID-19 menjadi salah satu penyebabnya. Apalagi, sektor  sawit sangat  bergantung pada harga CPO dunia. 

Baca Juga: Mulai besok, IHSG turun 5%, perdagangan saham disetop

Padahal di awal tahun, emiten CPO diselimuti sentimen positif seperti penerapan B20 dan B30 dan adanya optimisme harga CPO akan lebih tahun ini. 

"Mungkin sentimen itu menjadi kekuatan, tetapi ketika ada corona  saya lihat demand-nya mungkin turun," kata Hans Kwee ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (10/3). Ia menambahkan, adanya penyebaran virus ini berpotensi menyeret ekonomi global. 

Editor: Tendi Mahadi