Kinerja Instrumen Investasi di Januari 2022 Melambat, Tapi Pasar Saham Paling Unggul



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kinerja instrumen investasi di awal tahun 2022 belum melaju kencang. Meski begitu, pasar saham berhasil catatkan kinerja tertinggi diantara kinerja instrumen investasi lain yang mayoritas menurun. 

Berdasarkan data yang Kontan himpun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di sepanjang Januari 2022 tumbuh 0,76% year to date (ytd). Menyusul kinerja valuta pasangan USD/IDE tumbuh 0,74% ytd. Setelah itu, kinerja pasangan JPY/IDR tumbuh 0,49%. Di urutan keempat, kinerja obligasi korporasi tumbuh 0,43%. 

Sedangkan, kinerja instrumen investasi lain seperti emas spot dan berjangka kompak menurun di 1,75% dan 1,91% ytd. Sementara harga emas keluaran PT Logam Mulia Antam menurun 11,62% ytd. 


Penurunan kinerja juga terjadi di aset kripto. Tercatat bitcoin menurun 17,04% ytd dan ether menurun 27,21% ytd. 

Baca Juga: Ini Tanggapan Industri Asuransi Jiwa Terkait Regulasi Baru Unitlink

Fahmi Arya Wicaksana, CEO Raiz Invest Indonesia mengatakan sentimen utama yang membuat pasar saham unggul adalah arus dana masuk ke pasar saham meningkat di awal tahun.

Meski kinerja pasar saham tidak menguat signifikan, Fahmi mengatakan sentimen january effect turut mempengaruhi pasar saham di awal tahun tetap catatkan kinerja positif. 

Kinerja tersebut memutus penurunan kinerja IHSG di Januari 2020 yang turun 5,71% dan Januari 2021 yang turun 1,95%. Selain itu, para manajer investasi juga biasanya melakukan portofolio balancing di awal tahun. Hal ini membuat kinerja pasar saham unggul.

Dari sisi fundamental, pasar saham jadi yang bertahan catatkan kinerja karena juga didukung oleh prospek pertumbuhan ekonomi dan kenaikan harga komoditas. 

Baca Juga: Saham-Saham yang Layak Dicermati di Deretan IDX SMC Liquid dan Composite

Kompak, Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana menamatai asing net buy di pasar saham karena memandang kelas aset ini memiliki prospek yang lebih cerah dibandingkan kelas aset obligasi. Tentu saja, pasar obligasi di tahun ini akan mendapat sentimen negatif dari tapering off Amerika Serikat (AS) dan ekspektasi kenaikan suku bunga AS.

"Tren kenaikan suku bunga dalam jangka pendek memberi tekanan pada pasar obligasi dan asing masih net sell selama Januari," kata Wawan, Senin (31/1). 

Editor: Noverius Laoli