KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Unitlink berbasis saham dinilai akan memberikan kinerja positif di tahun ini. Optimisme tersebut timbul lantaran keyakinan bahwa pemulihan ekonomi nasional dapat berjalan dengan cepat serta angka penularan Covid-19 bisa melandai. Hingga Maret 2021, data Infovesta Utama mencatat bahwa unitlink pendapatan tetap masih memberikan imbal hasil rata-rata yang jauh lebih baik yaitu -1,92%. Disusul dengan unitlink campuran dengan imbal hasil -1,93%. Terakhir unitlink saham yang memberikan imbal hasil rata-rata sebesar -1,65%. Melihat data tersebut, Senior Research Analyst Infovesta Utama Praska Putrantyo mengungkapkan bahwa unitlink pendapatan tetap masih unggul dikarenakan pasar saham sempat tertekan pada bulan Maret 2021.
“Ada kekhawatiran isu naiknya inflasi di tengah banjir likuiditas yang berpotensi mempercepat berakhirnya era moneter ekspansif,” ujar Praska kepada Kontan.co.id. Menurut Praska, unggulnya unitlink pendapatan tetap masih akan terjadi karena menarik di tengah fluktuasi pasar. Hal ini ditambah pula dengan era suku bunga rendah yang membuat instrumen obligasi yang menjadi portofolio unitlink turut terangkat sekaligus meningkatkan kinerja unitlink berbasis pendapatan tetap. Hanya saja, Praska memproyeksi unitlink berbasis saham tetap yang paling gemilang hingga akhir tahun ini. Ia memprediksi unitlink berbasis saham bisa memberikan imbal hasil 10% hingga 12%.
Baca Juga: Jumlah pengaduan konsumen terkait unitlink terus meningkat, begini kata OJK “Harapannya recovery baru akan kembali terakselerasi di IHSG memasuki semester II-2021 di mana sudah terdapat rilis laporan keuangan emiten-emiten saham untuk kuartal I dan kuartal II,” jelas Praska. Hal yang sama juga diprediksi oleh Sequis Life yang juga memiliki produk unitlink. Perusahaan melihat prospek unitlink saham dinilai paling diuntungkan seiring prospek pertumbuhan pasca pandemi ditengah efek positif dari berjalannya stimulus program PEN dan akselerasi Vaksin gotong-royong. Chief of Investment Officer Sequis Muhammad Umar Johan Sidik mengungkapkan bahwa hingga kuartal I-2021 kinerja unitlink saham dan obligasi sama-sama membukukan kinerja -4,5%. Hal tersebut dikarenakan volatilitas kinerja saham dan obligasi di Indonesia masih tinggi. “Menantikan akselerasi vaksin gotong-royong di Q2 2021 dan kekuatiran pelaku pasar atas faktor eksternal yaitu kenaikan imbal hasil US Treasury,” ujar Johan.
Johan menambahkan, perusahaan tahun ini mengunggulkan produk Rupiah Dynamic Fund yang merupakan unitlink campuran berbasis saham. Ia bilang unitlink tersebut memiliki pertumbuhan nilai aset yang cukup signifikan hingga 22,4% selama dua tahun terakhir, dari Rp 175 Miliar di akhir 2018 menjadi Rp 214 Miliar di akhir tahun 2020.
Kinerja unitlink 2020
Berbeda situasi dengan tahun ini, tahun 2020 menjadi tahunnya unitlink obligasi. Praska menyebutkan kondisi tersebut dikarenakan kinerja pasar obligasi, baik SBN maupun korporasi yang mencetak return positif di saat harga saham mengalami penurunan. Data Infovesta menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2020, indeks unitlink pendapatan tetap mencapai 7,11%. Lalu untuk unitlink campuran dan unitlink saham masing-masing secara berurutan sebesar -0,67% dan -5,06%.
Baca Juga: AAJI minta perusahaan asuransi terapkan kode etik kepada agen pemasar Editor: Herlina Kartika Dewi