Kisah dramatis bagaimana kasus virus corona meledak di gereja dan rumah sakit Korsel



KONTAN.CO.ID - PYONG YANG. Korea Selatan telah mengumumkan ratusan kasus virus korona baru dalam waktu hanya beberapa hari. Hal ini langsung meningkatkan kewaspadaan penyakit menular ke tingkat yang tertinggi.

Lonjakan kasus berpusat di sekitar dua kelompok utama dari sebuah gereja di kota Daegu dan rumah sakit terdekat. Wabah baru ini telah mendorong angka penghitungan kasus terkonfirmasi Korea Selatan jauh lebih tinggi daripada tempat lain di luar China.

Virus ini pertama kali dikonfirmasi di negara itu pada 20 Januari ketika seorang wanita China berusia 35 tahun yang terbang dari Wuhan, China ke bandara internasional Incheon, diisolasi saat masuk ke negara itu.


Baca Juga: Update Virus Corona: Terjangkit 82.164,meninggal 2.801,sembuh 32.897 (27/2-13.00 WIB)

Dalam empat minggu setelah insiden itu, Korea Selatan berhasil menghindari wabah besar dengan hanya 30 orang yang tertular virus. Namun, banyaknya interaksi antara mereka yang kemudian dikonfirmasi sakit, ratusan orang pun langsung diidentifikasi sebagai orang yang kontak dengan pasien yang sakit.

Kondisi ini berubah dengan munculnya "Pasien 31."

Tidak jelas di mana Pasien 31 terinfeksi virus. Akan tetapi, pada hari-hari sebelum diagnosisnya, dia melakukan perjalanan ke tempat-tempat ramai di Daegu, serta di ibukota Seoul. Pada tanggal 6 Februari dia mengalami kecelakaan lalu lintas kecil di Daegu, dan memeriksakan dirinya ke rumah sakit pengobatan Oriental.

Baca Juga: Taiwan meningkatkan tingkat respons epidemi ke level tertinggi virus corona

Saat berada di rumah sakit itu, ia menghadiri layanan di cabang Daegu dari Gereja Shincheonji Yesus, pada 9 Februari dan sekali lagi pada 16 Februari.

Di sela-sela kunjungan itu, pada 15 Februari, para dokter di rumah sakitĀ  menyarankan dia untuk dites virus corona, karena dia mengalami demam yang tinggi. Namun dia menolak. Sebaliknya, wanita itu pergi makan siang prasmanan dengan seorang teman di sebuah hotel. Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar lokal Joongang Ilbo, wanita itu menyangkal bahwa dokter telah menyarankannya untuk dites.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie