Klaster Covid-19 Unilever: 1 pabrik ditutup, 265 karyawan dirumahkan sementara



KONTAN.CO.ID - BEKASI. Muncul klaster baru Covid-19 di wilayah Bekasi. Salah satu pabrik dari unit usaha Unilever Indonesia di kawasan industri di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, harus ditutup sementara sejak Senin (29/6/2020) lalu karena sejumlah karyawanya terpapar Covid-19.

Kasus Covid-19 di unit usaha Unilever itu awalnya menimpa karyawan bagian engineering di pabrik yang memproduksi minuman teh (tea based beverages/TBB). Penutupan sementara itu belum diketahui akan sampai kapan.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bekasi, Alamsyah mengungkapkan, sebanyak 21 karyawan perusahaan Unilever dilaporkan positif Covid-19 hingga Kamis kemarin.


Baca Juga: 19 karyawan positif Covid-19, satu perusahaan di industri Cikarang ditutup sementara

Ia menjelaskan, awalnya ada salah satu karyawan yang sakit. Saat dia berobat, ternyata karyawan tersebut positif Covid-19. Pemerintah Kabupaten Bekasi kemudian melakukan penelusuran dan pemeriksaan terhadap seluruh karyawan yang berkontak langsung dengan pasien positif itu. Hasilnya, jumlah karyawan yang positif total 21 orang hingga kemarin. Masih ada sejumlah karyawan lain yang menunggu hasil pemeriksaan swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR).

"(Sebanyak) 21 (orang positif Covid-19), masih ada yang belum (keluar hasil pemeriksaannya),” ujar Alamsyah.

Baca Juga: Waspada, jumlah kasus corona di Jawa Timur masih bisa bertambah

Karyawan yang dinyatakan positif kini dirawat di rumah sakit dan di Wisma ODP Cikarang. Setelah muncul klaster Covid-19 di salah satu pabrik Unilever itu, perusahaan multinasional tersebut langsung menutup tempat produksinya di bidang teh. Alamsyah awalnya mengatakan sebanyak 800 karyawa dirumahkan semenara akibat penutupan perusahaan tersebut. Namun, kemudian ia meralat bahwa hanya 265 orang yang kini dirumahkan sementara untuk isolasi mandiri sambil menunggu hasil tes swab keluar.

“Sebanyak 265 bukan 800 (yang dirumahkan),” kata Alamsyah.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie