Koleksi indeks LQ45, Reksadana Avrist Ada Saham Blue Safir berkinerja positif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pegang sebagian besar anggota indeks LQ45, reksadana Avrist Ada Saham Blue Safir catatkan kinerja lebih tinggi dari rata-rata kinerja reksadana saham.

Berdasarkan data Infovesta Utama, per Jumat (6/9), reksadana saham milik Avrist Asset Management tersebut dalam setahun terakhir berhasil catatkan kinerja sebesar 6,96%. Sebagai perbandingan, rata-rata kinerja reksadana saham yang tercermin dalam Infovesta Equity Fund Index turun 0,29%.

Baca Juga: BEI akan pengecualian biaya transaksi ETF, begini tanggapan manajer investasi


Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan, kinerja reksadana ini positif karena indeks acuan reksadananya, yaitu indeks LQ45 juga berkinerja positif. Di periode yang sama indeks LQ45 naik 7,38%.

"Sekitar 98% portofolio terdiri dari saham anggota indeks LQ45," kata Farash, Senin (9/9).

Lengkapnya, berdasarkan fund fact sheet per Agustus 2019 komposisi portofolio reksadana ini sebesar 95,19% berada di saham. Sementara, 3,52% berada di instrumen pendapatan tetap. Sedangkan, sebesar 1,29% berada di instrumen pasar uang.

Alokasi sektoral terbesar jatuh pada sektor keuangan dengan porsi 35,8%. Saham sektor keuangan yang dikoleksi, antara lain PT Bank Central Asia (BBCA), PT Bank Mandiri Persero (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Persero (BBRI).

Selain itu, reksadana ini juga mengandalkan sektor konsumer kebutuhan pokok dan sektor jasa telekomunikasi.

Pengelolaan portofolio Farash lakukan secara aktif sehingga terjadi perbedaan bobot saham di reksadana dengan indeks acuannya.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana memperkirakan stock picking diterapkan dalam pengelolaan reksadana yang meluncur 12 April 2017 ini.

Baca Juga: Raiz Invest luncurkan aplikasi investasi mikro berbasis online untuk gaet milenial

Farash menilai valuasi saham anggota LQ45 masih menarik dengan price to earning ratio (P/E)  yang berada di bawah rata-rata jangka panjangnya di sekitar 5%. Hingga akhir tahun earning per share (EPS) diproyeksikan masih bisa tumbuh 4%-5%.

Editor: Noverius Laoli