Korea Utara: Pengembangan senjata adalah pilihan tak terhindarkan



KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara mengatakan pada Kamis (5/11), pengembangan senjata barunya adalah "pilihan tak terhindarkan" untuk mencegah perang dan melindungi rakyat mereka.

Dalam dua bulan terakhir, Korea Utara melakukan serangkaian peluncuran rudal, termasuk uji coba rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) pada Oktober lalu.

“Penguatan kemampuan pertahanan diri kami adalah pilihan yang tak terhindarkan untuk mencegah perang dan melindungi kedaulatan, martabat, dan hak rakyat negara kami untuk bertahan hidup dan berkembang,” kata Kementerian Luar Negeri Korea Utara dalam pernyataan yang di-posting di situsnya, seperti dikutip Yonhap.


Mengutip seorang ahli Rusia yang tidak disebutkan namanya, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyebutkan, AS dan negara-negara Barat lainnya mengkritik perkembangan militer Korea Utara sambil tetap diam atas tindakan serupa Korea Selatan, seperti uji coba SLBM pada  September.

Baca Juga: Lewat robot guru, Korea Utara berupaya meningkatkan pendidikan

"Ini adalah penilaian yang akurat atas tindakan tidak adil dari standar ganda AS dan negara-negara Barat yang secara membabi buta mempermasalahkan langkah-langkah kami untuk memperkuat kemampuan pertahanan nasional," ujar Kementerian Luar Negeri Korea Utara.

Sebelumnya, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menegaskan, pengembangan senjata negaranya diperlukan dalam menghadapi kebijakan "bermusuhan" dari AS dan penumpukan militer di Korea Selatan yang mengacaukan Semenanjung Korea.

Korea Utara hanya meningkatkan militernya untuk membela diri dan tidak untuk memulai perang, Kim menegaskan dalam pidatonya di Pameran Pengembangan Pertahanan, menurut sebuah laporan pada 12 Oktober lalu oleh kantor berita KCNA.

"Amerika Serikat telah sering memberi isyarat bahwa mereka tidak memusuhi negara kita, tetapi tidak ada dasar perilaku untuk percaya bahwa mereka tidak (memusuhi)," kata Kim, seperti dikutip Al Jazeera.

Baca Juga: Korea Utara: Setiap perilaku salah AS dan PBB bawa konsekuensi lebih serius

Editor: S.S. Kurniawan