Krakatau Steel (KRAS) Bidik Potensi Permintaan Baja Proyek Infrastruktur IKN Baru



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) melihat potensi besar pada proyek infrastruktur Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan. Perusahaan pelat merah ini pun optimistis, dengan berjalannya proyek pembangunan infrastruktur IKN di Kalimantan akan mengerek permintaan besi baja domestik.

Direkrut Komersial Krakatau Steel Melati Sarnita mengatakan, di awal tahun 2022 ini, permintaan besi dan baja diproyeksi mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh pemulihan di berbagai sektor utama yaitu sektor konstruksi yang memiliki porsi sebesar 78% dari total konsumsi baja dan diikuti sektor otomotif secara bertahap.

"Selain itu, implementasi atas pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dan inisiatif pemerintah untuk merampungkan birokrasi dalam proyek infrastruktur," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (4/2).


Melati memaparkan, berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan atas pembangunan Ibu Kota Negara di Kalimantan di mana hal ini termasuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No 18 Tahun 2020 dan anggaran yang dialokasikan cukup besar mencapai Rp 501 triliun.

Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Ekspor 30.000 Ton Produk Baja ke Italia

"Tentu akan menjadi kontribusi potensial bagi KRAS & Group serta produsen baja nasional lainnya dalam turut serta membangun berbagai prasarana dan infrastrukturnya," terangnya.

Melati bilang, pihaknya dapat dipastikan bahwa baja-baja yang dibutuhkan dalam pembangunan Ibu Kota Negara tersebut dapat diproduksi oleh KRAS & Group serta produsen baja nasional lainnya.

Terlebih posisi KRAS yang merupakan perusahaan BUMN, membuatnya fokus pada pemenuhan kebutuhan pasar domestik terlebih dahulu.

Maka dari itu, Krakatau Steel telah melaksanakan ekspansi penambahan kapasitas produksi dengan mengoperasikan pabrik  Hot Strip Mill (HSM) 2 sejak November 2021 lalu. Salah satu tujuan dioperasikannya pabrik ini untuk meningkatkan pasokan besi dan baja ke dalam negeri sehingga diharapkan dapat menekan impor baja Indonesia.

Asal tahu saja pabrik HSM 2 ini menambah kapasitas produksi KRAS untuk produk Hot Rolled Coil/HRC (Baja lembaran canai panas). Pada tahap awal, pabrik HSM 2 memproduksi HRC sebesar 1,5 juta ton per tahun, kemudian secara bertahap produksinya akan meningkat menjadi 4 juta ton per tahun.

 
KRAS Chart by TradingView

Produksi baja KRAS dari kedua pabrik HSM 1 dan HSM 2 di tahun 2022 ditargetkan sebesar 3,1 juta ton atau meningkat sebesar 11% dibandingkan tahun 2021 yaitu 2,7 juta ton. Adapun dari total target tersebut, secara umum dalam kondisi ideal 80% merupakan alokasi untuk pasar domestik dan 20% untuk memenuhi pasar ekspor.

Melati menambahkan, peningkatan atas target produksi KRAS bisa lebih besar lagi dari 11% yaitu hingga mencapai 24% di mana hadirnya pabrik HSM 2 KRAS diharapkan akan menekan angka impor baja Indonesia.

Tentu saja kondisi tersebut tentu dapat dicapai jika didukung dengan kebijakan pemerintah yang dapat lebih banyak melakukan substitusi impor atas produk baja untuk pemenuhan demand dalam negeri.

"Hal lainnya, kami juga mengharapkan pemerintah dapat segera memberlakukan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) sebagai upaya perlindungan industri baja nasional dari unfair trade, sehingga tercipta iklim perdagangan yang sehat dan berdampak pada  pertumbuhan industri baja nasional," kata Melati.

Editor: Anna Suci Perwitasari