Laba Cisadane Sawit Raya (CSRA) Turun di Tengah Kenaikan Pendapatan pada Kuartal I



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lewat kuartal 1 tahun ini, PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) berhasil mencatatkan pendapatan mencapai Rp 190,96 miliar. Angka ini meningkat 3,7% dibanding periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp 184,15 miliar. 

Penjualan meningkat utamanya mengambil perhitungan dari efek penjualan TBS sebesar Rp 43,32 miliar serta penjualan CPO sekitar Rp131,75 miliar dan Kernel sekitar Rp 15,32 miliar.

Sementara, dari sisi beban CSRA mencatatkan peningkatan beban pokok penjualan dan pendapatan sebesar 11,9% dengan nilai Rp 107 miliar dibandingkan dengan kuartal sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 95,87 miliar. 


Beban usaha juga mengalami peningkatan sebesar 27% dengan nilai Rp 52,82 miliar dibandingkan dengan kuartal sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 41,58 miliar. 

Baca Juga: Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) Siapkan Capex US$ 58 Juta untuk Tahun 2024

Sedangkan laba kotor mencapai Rp 83,65 miliar, menghasilkan marjin kotor sebesar 43,8%. Kinerja ini dicapai melalui peningkatan produktivitas dan eksekusi pelaksanaan rencana yang matang, yang membantu menutupi penurunan harga jual rata-rata dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. 

Dengan naiknya beberapa beban dan pengaruh dari penurunan harga jual rata-rata laba periode berjalan atau laba bersih CSRA turun tipis 5,6% senilai Rp 22,23 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya senilai Rp 23,56 miliar. 

Seman Sendjaja, Direktur Keuangan dan Pengembangan Strategis CSRA mengatakan pihaknya tetap optimis sebab tahun 2024 menjadi tahun yang menantang bagi industri minyak kelapa sawit Indonesia, didorong oleh beberapa faktor utama. 

Faktor-faktor ini termasuk peningkatan biaya produksi yang terkait dengan upah, harga pupuk, logistik, serta permintaan global terhadap persyaratan bisnis keberlanjutan yang terus meningkat. 

Selain itu, penerapan Undang-Undang Cipta Kerja, kasus hukum yang melibatkan area operasional Perusahaan, dan penegakan Regulasi Uni Eropa tentang Produk Bebas Deforestasi (EUDR) telah menambah tekanan terhadap industri sawit. 

“Selain itu, beberapa faktor pembatas telah mempengaruhi produksi minyak kelapa sawit, terutama fenomena El Nino pada tahun 2023, curah hujan rendah, peningkatan harga pupuk yang signifikan, dan gangguan cuaca yang mempengaruhi produktivitas,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan, Kamis (2/5). 

Baca Juga: Ini Strategi Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) untuk Perbaiki Kinerja

Faktor-faktor ini tambah dia secara bersama-sama telah melambatkan produktivitas perusahaan.

Namun CSRA menurutnya telah berhasil memberikan kinerja yang solid didukung oleh profitabilitas yang kokoh, margin yang baik, dan konfirmasi bahwa Perusahaan berada di jalur untuk mencapai targetnya di tahun 2024 meskipun dengan kondisi cuaca yang sangat tidak pasti. 

Editor: Tendi Mahadi