Luhut: Hilirisasi batubara merupakan langkah penting untuk meningkatkan nilai tambah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memaparkan potensi nilai tambah atau hilirisasi batubara di Indonesia. Luhut menyoroti dua jenis hilirisasi dalam bentuk gasifikasi batubara menjadi Dimethyl Ether (DME) dan menjadi Metanol.

Dia mengatakan, hilirisasi batubara merupakan langkah yang penting untuk meningkatkan nilai tambah, dibandingkan dengan terus-terusan menjual barang mentah. Dengan hilirisasi, cadangan batubara Indonesia bisa dimanfaatkan lebih optimal. Mengingat penggunaan batubara di dalam negeri masih lebih rendah ketimbang batubara yang diekspor.

Sebagai gambaran, pada tahun lalu penggunaan batubara domestik masih sebesar 138 juta ton, sedangkan yang diekspor mencapai 375 juta ton, dengan nilai ekspor sekitar US$ 19 miliar.


"Penjualan batubara sebagian besar diekspor, kita perlu maintenance batubara ini. Karena cadangan tidak banyak, jadi perlu melihat itu," kata dia saat memberikan paparan dalam rangkaian acara 30 tahun Perhapi, Senin (14/9).

Baca Juga: Bakal diwajibkan pemerintah, begini persiapan hilirisasi batubara Adaro Energy (ADRO)

Luhut memaparkan, produk turunan bisa memberikan nilai tambah hingga 2-3 kali lipat. Pengolahan batubara menjadi metanol (coal to methanol), misalnya, bisa memberikan peningkatan nilai ekspor hingga 2,4 kali. Sementara peningkatan nilai untuk batubara menjadi DME sebanyak 1,85 kali.

Apalagi, hilirisasi batubara menjadi DME dan Methanol bisa menjadi produk substitusi yang dibutuhkan Indonesia. Seperti DME untuk substitusi LPG yang sebagiannya masih diimpor, serta metanol yang bisa dijadikan campuran biodiesel (FAME).

Editor: Handoyo .