Mandatori B30 diyakini bisa memperbaiki defisit migas dan genjot ekspor CPO



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah di tahun ini kembali meningkatkan pasokan minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dalam mandatori biodiesel 30% (B30). Cara ini diyakini dapat menekan defisit neraca dagang sekaligus meningkatkan kinerja ekspor.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Berekonomian (Kemenko Perekonomian) Iskandar Simorangkir mengatakan pemerintah optimistis program B30 dapat memberikan multiplayer effect kepada defisit Migas dan menigkatkan ekspor CPO. Sebab tahun lalu, program B20 terbilang sukses.

Baca Juga: Gara-gara pernyataan kontroversial PM Malaysia, outlook saham CPO menarik


Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sepanjang Januari-November 2019 defisit Migas sebesar US$ 8,31 miliar. Angka ini menunjukkan perbaikan 67,1% dibanding defisit Migas di periode sama tahun 2018 yakni US$ 12,38 miliar.

Dari sisi ekspor nonmigas di periode yang sama turun US$ 900 juta dari US$ 15 miliar menjadi US$ 14,1 miliar.

Kata Iskandar, implementasi B20 nyatanya memberikan keseimbangan antara menekan defisit migas dan menggenjot ekspor. Meski nilai ekspor CPO tahun lalu belum sepenuhnya membaik, Iskandar percaya tren kenaikan harga minyak sawit dapat menstabilkan neraca perdagangan.

Baca Juga: Aprobi optimistis mampu pasok 9,6 juta kiloliter B30 di 2020

“Yang dilihat net ekspornya. Dengan pengalihan ke B30 di tahun ini maka harga ekspor CPO meningkat dan impor migas khususnya solar menurun. Sehingga keseluruhan neraca perdagangan kita akan membaik,” kata Iskandar kepada Kontan.co.id, Sabtu (11/1).

Editor: Noverius Laoli