MarkPlus Tourism: Akan ada perubahan prilaku wisatawan setelah pandemi corona



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebelum covid-19, destinasi seperti Venezia, Barcelona, sampai Amsterdam mengalami over-tourism. Saking banyaknya, penduduk setempat memprotes kehadiran wisatawan karena dampak negatifnya kepada lingkungan. Namun yang kini terjadi sebaliknya.

World Tourism Organization (UNWTO) memprediksi jumlah wisatawan internasional menurun antara 20% sampai 30% sepanjang 2020. Ini bisa berdampak pada potensi kerugian mencapai 300 sampai US$ 400 miliar.

Baca Juga: Melihat nasib emiten pariwisata di tengah pandemi corona


Sejauh ini kawasan Asia Pasific yang paling terdampak, turun 9% sampai 12% kedatangan wisatawan mancanegara dari prediksi pertumbuhan 5% sampai 6% di Januari 2020.

"Sedangkan menurut The International Air Transport Association (IATA), potensi hilangnya pendapatan dari industri penerbangan global berkisar 63 miliar USD jika skenario COVID-19 tertangani cepat. Namun jika terus menyebar, kerugiannya diprediksi mencapai US$ 113 miliar," ujar Executive Director MarkPlus Tourism Mochamad Nalendra dalam siaran resmi, Minggu (19/4).

Nalendra melihat akan ada perubahan perilaku atau behavior wisatawan berdasarkan beberapa skenario, terutama setelah fase outbreak atau menyebarnya COVID-19. Skenario pertama atau disebut A (New Normal) ketika penambahan kasus baru berkurang karena sistem mitigasi sudah berjalan efektif di banyak negara walau vaksin belum ditemukan.

Ini menyebabkan turis masih merasa berisiko berwisata sehingga perjalanan pun sifatnya domestik atau terbatas dalam kota alias staycation.

Seperti yang diperlihatkan perusahaan booking engine Sojern pada Maret 2019 dan 2020. Di mana tahun ini warga Singapura yang mencari referensi hotel untuk staycation jumlahnya dua kali lipat dibanding 2019. Kekhawatiran akan terjadinya gelombang kedua covid-19 juga menjadi penyebab, apalagi masih saja ada penambahan kasus baru di China.

Editor: Yudho Winarto