Masa depan PM Malaysia suram pasca raja tolak menetapkan kondisi darurat



KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Sehari setelah Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah menolak proposal Perdana Menteri Muhyiddin Yassin untuk mengumumkan keadaan darurat, analis politik dan politisi senior mengatakan kepada Arab News bahwa masa depan perdana menteri tampak suram.

"Dewan (Penguasa) tidak mendukung gagasan keadaan darurat. Jelas bahwa mereka tidak mempercayai keputusan Muhyiddin dan dia telah kehilangan legitimasinya sebagai perdana menteri," kata Charles Santiago, anggota senior Partai Aksi Demokratik.

Melansir Arab News, dia menambahkan bahwa keputusan raja dan Dewan Penguasa "belum pernah terjadi sebelumnya."


Proposal Muhyiddin, yang katanya akan membantu memerangi gelombang baru infeksi Covid-19, memicu kemarahan nasional.

Baca Juga: Desakan Muhyiddin mundur dari jabatan Perdana Menteri Malaysia menguat

Kritikus menuduhnya menggunakan kebijakan itu sebagai upaya untuk mempertahankan kekuasaan, hanya beberapa minggu setelah pemimpin oposisi Anwar Ibrahim mengatakan dia mendapat dukungan dari mayoritas anggota parlemen untuk upaya menggulingkan pemerintahan Muhyiddin - sebuah langkah yang juga gagal mendapatkan persetujuan raja.

Muhyiddin, pemimpin Partai Pribumi Bersatu Malaysia, juga menghadapi tantangan berat dari dalam Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), satu-satunya partai terbesar dalam koalisi yang berkuasa di Malaysia. Ini bisa membuatnya rentan karena dia hanya memiliki mayoritas tipis di parlemen dengan 222 kursi.

Baca Juga: PM Malaysia Muhyiddin didesak mengundurkan diri setelah permintaannya ditolak raja

“Masalahnya tidak terletak pada oposisi sekarang, itu adalah pemerintah itu sendiri,” kata Santiago. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie