KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gencarnya upaya pemerintah untuk menggabungkan beberapa perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam bentuk holding tidak melulu optimal untuk mendorong value atau nilai perusahaan terkait. Pengamat BUMN dan LM FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto mengungkapkan, proses post merger integration (PMI) harus dicermati setelah terbentuknya holding. Dimana, proses meliputi standarisasi atas proses bisnis, fungsi-fungsi perusahaan dan konsolidasi corporate culture. "Itu berpengaruh besar terhadap keberhasilan holding. Apabila PMI berjalan mulus maka diharapkan holding berjalan sukses," jelas Toto kepada Kontan, Selasa (13/4). Sementara itu, Toto memandang efektifitas holding BUMN relatif sudah berjalan dengan baik. Meskipun dia mengaku masih ada holding yang belum optimal dan bahkan mengalami kerugian seperti holding PTPN.
Masih ada holding BUMN yang belum optimal, begini kata pengamat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gencarnya upaya pemerintah untuk menggabungkan beberapa perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam bentuk holding tidak melulu optimal untuk mendorong value atau nilai perusahaan terkait. Pengamat BUMN dan LM FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto mengungkapkan, proses post merger integration (PMI) harus dicermati setelah terbentuknya holding. Dimana, proses meliputi standarisasi atas proses bisnis, fungsi-fungsi perusahaan dan konsolidasi corporate culture. "Itu berpengaruh besar terhadap keberhasilan holding. Apabila PMI berjalan mulus maka diharapkan holding berjalan sukses," jelas Toto kepada Kontan, Selasa (13/4). Sementara itu, Toto memandang efektifitas holding BUMN relatif sudah berjalan dengan baik. Meskipun dia mengaku masih ada holding yang belum optimal dan bahkan mengalami kerugian seperti holding PTPN.