Masih dibayangi oversupply, simak rekomendasi saham untuk emiten semen



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri semen tanah air masih dibayangi kondisi kelebihan pasok (oversupply). Merunut data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), oversupply semen dalam negeri berkisar 43 juta ton – 45 juta ton dimana tingkat utilitas pabrikan mencapai 60% -65%.

Sekretaris Perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Antonius Marcos juga mengatakan bahwa tahun depan industri semen masih dalam kondisi oversupply.

Baca Juga: Anak usaha Golden Plantation pailit


Analis NH Korindo Meilki Darmawan mengatakan, memperkirakan masih berpotensi bertumbuh dari segi konsumsi semen domestik. Ia menilai, apabila konsumsi semen domestik hanya mengandalkan serapan dari proyek infrastruktur di 2020 maka industri semen hanya akan bertumbuh 1%-3% secara year-on-year (YoY).

“Jika di 2020 nanti pasar properti bisa membaik kemungkinan konsumsi semen domestik berpotensi meningkat 5%-7% YoY,” ujar Meilki kepada Kontan.co.id, Rabu (18/12).

Ia menilai, katalis positif terhadap industri semen hanya datang dari sektor properti. Sebab, konsumen di 2019 belum merespon relaksasi kebijakan loan to value (LTV).

Meilki mengestimasi, relaksasi LTV baru akan berdampak pada purchasing power di sektor properti pada kuartal II-2020 sehingga memungkinkan ada proyek-proyek baru yang nantinya akan membantu serapan bagi produk semen.

Baca Juga: Hingga November 2019, penjualan semen INTP tembus 14,6 juta ton

Dengan estimasi ini, maka kinerja dua emiten besar di Indonesia yaitu PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan Indocement Tunggal Prakarsa bisa bertumbuh sepanjang 2020 dengan masing-masing di level 3,1% dan 2,5% secara yoy.

Editor: Tendi Mahadi