Melemah 10,51% Sebulan, Begini Rekomendasi Saham Chandra Asri (TPIA)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) stagnan di level Rp 8.725 pada Senin (11/7) ini. Harga saham TPIA melemah 10,51% dalam sebulan terakhir dan menguat 19,11% sejak awal tahun.

Sejumlah analis memandang prospek bisnis TPIA masih menjanjikan. Meski, harga minyak dunia yang masih di level tinggi perlu diwaspadai lantaran berpotensi menekan kinerja industri petrokimia.

TPIA pun baru mendapat kucuran dana dalam bentuk fasilitas pinjaman US$ 100 juta dari Bank OCBC NISP. Pinjaman dengan jangka waktu 10 tahun itu ditujukan untuk memfasilitasi pertumbuhan bisnis industri petrokimia.


Baca Juga: Harga Minyak Fluktuatif, Simak Rekomendasi Saham Chandra Asri (TPIA)

Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Chandra Asri, Suryandi menyebut, fasilitas pinjaman yang diberikan oleh OCBC NISP sebesar US$100 juta memiliki term jangka panjang yang sesuai rencana bisnis perusahaan.

"Adapun dana tersebut nantinya akan digunakan untuk mendanai general corporate purposes," ujar Suryandi kepada Kontan.co.id, Senin (11/7), tanpa merinci alokasi penggunaan dana yang dimaksud.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 Juli 2022, Chief Financial Officer TPIA, Andre Khor mengungkapkan bahwa Chandra Asri berkomitmen meningkatkan kapasitas guna memenuhi pertumbuhan permintaan produk petrokimia di dalam negeri.

Salah satu strategi Chandra Asri adalah mengembangkan kompleks CAP2 berskala global. Pembangunan kompleks ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor dan mengembangkan industri hilir petrokimia lokal.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Chandra Asri (TPIA) yang Baru Dapat Pinjaman US$ 100 Juta

Prospek Bisnis dan Rekomendasi Saham

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto memandang fasilitas pinjaman sebesar US$ 100 juta yang diperoleh dari OCBC NISP terbilang wajar dan tidak akan terlalu membebani kinerja TPIA. Analisa Pandhu, rasio utang TPIA saat ini relatif rendah dengan debt to equity ratio (DER) hanya sekitar 0,5x.

Rasio ini membaik karena akhir tahun lalu TPIA melakukan rights issue sehingga posisi saldo kas untuk memenuhi kebutuhan belanja modal (capex) dan pembayaran utang masih mencukupi.

"Struktur permodalan yang sehat ini menjadi bekal yang penting bagi perusahaan untuk menggenjot ekspansi bisnisnya," kata Pandhu.

Baca Juga: Saham LQ45 Diobral, Simak Rekomendasi Saham yang Prospektif

Namun terhadap prospek kinerja TPIA dan industri petrokimia, Pandhu memberikan catatan. Dengan bahan baku utama berupa minyak bumi, perusahaan petrokimia seperti TPIA cenderung memiliki kinerja yang cukup volatile, dan akan sangat terpengaruh oleh perubahan harga minyak.

Secara pergerakan harga pun TPIA sudah cukup sensitif, terutama sejak tahun 2016. Ketika harga minyak menguat, maka harga saham TPIA akan cenderung turun, seperti yang terjadi pada dua bulan terakhir.

Kondisi ini juga tercermin dari kinerja TPIA hingga periode kuartal pertama. TPIA membukukan pendapatan bersih senilai US$ 677,7 juta, naik 13,3% dari raihan di kuartal pertama 2021 yang sebesar US$ 598,4 juta.

Editor: Wahyu T.Rahmawati