Memasuki musim dingin, harga komoditas energi mulai melonjak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Harga batubara terus membaik. Setelah sempat terpuruk, harga batubara sejak awal bulan terus naik. Merujuk Bloomberg, harga batubara pada Selasa (24/11) sudah berada di level US$ 69,10 per ton atau menguat 14,03% sejak awal bulan.

Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengungkapkan, kenaikan harga batubara memang tidak terlepas dari faktor musim dingin yang akan terjadi pada akhir tahun ini. Dengan kebutuhan yang meningkat pada musim dingin, praktis permintaan akan batubara akan meningkat. Tak pelak, harganya pun naik dalam beberapa waktu terakhir.

“Sebenarnya kebijakan Amerika Serikat (AS) yang berpotensi mengurangi penggunaan batubara dan beralih ke go green berpotensi menekan harga batubara. Namun, sentimen tersebut rupanya tidak membendung kenaikan harga batubara,” ujar Wahyu kepada Kontan.co.id, Rabu (25/11).


Sementara komoditas energi lainnya, yakni minyak mentah juga punya tren yang sama. Merujuk Bloomberg, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) pada Rabu (25/11) pukul 18.05 WIB sudah berada di level US$ 45,51 per barel. Sehingga sejak awal bulan ini harga minyak melesat 27,15%.

Baca Juga: Rekor nilai dan frekuensi transaksi BEI, ini saham-saham dengan transaksi terbesar

Nasib berbeda justru dialami gas alam. Komoditas energi yang satu ini justru masih dilanda tren negatif dalam beberapa waktu ke belakang. Mengutip Bloomberg, harga gas alam pada pukul WIB berada di level US$ 2,72 per mmbtu. Jika dihitung sejak awal bulan ini, harganya turun 18,81%.

Wahyu menjelaskan, bahwa pada dasarnya gas alam termasuk komoditas dengan pergerakan harga terburuk, bahkan di antara komoditas sektor energi lainnya. Apalagi, jika disandingkan dengan pergerakan harga minyak, maka gas alam sangat jelas mengalami perlambatan rebound.

“Ada riset yang menyebutkan dalam lima tahun ke depan permintaan terhadap gas alam di China akan semakin melambat, padahal China telah menjadi penggerak utama terhadap kebutuhan gas alam dalam beberapa tahun terakhir. Kabar tersebut pada akhirnya semakin menekan fundamental gas alam ke depannya,” jelas Wahyu.

Baca Juga: Harga emas merosot ke US$ 1.807 per ons troi, dekati level terendah dalam empat bulan

Editor: Wahyu T.Rahmawati