Membesarkan bisnis konglomerasi sang ayah di Afrika (1)



Tinggal di negara miskin seperti Tanzania tidak menghalangi Mohammed Dewij menemukan kesuksesan finansial. Lewat perusahaan keluarga berbendera Enterprises Tanzania Limited, Dewij menjalankan banyak bisnis peninggalan sang ayah mulai perdagangan, energi, infrastruktur, real estat hingga logistik. Tentakel bisnisnya telah tersebar ke 11 negara di Afrika. Tak heran ia menjadi salah satu orang terkaya di benua Afrika dengan kekayaan US 1,54 miliar pada tahun ini.

Tanzania yang berada di Afrika Timur dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat kemiskinan tertinggi di dunia. Namun itu bukan merupakan halangan bagi Mohammed Dewij menjadi kaya raya melalui kegiatan bisnisnya yang sukses di negara itu. Melalui Mohammed Enterprises Tanzania Limited (MeTL), pria berusia 43 tahun itu sukses mengepakkan sayap bisnisnya hingga di 11 negara Afrika.

MeTL merupakan induk perusahaan yang menjalankan berbagai lini bisnis dari perdagangan, pertahanan, manufaktur, energi, perminyakan, jasa keuangan, telepon seluler, infrastruktur, real estat, transportasi, logistik dan lainnya. Hingga saat ini MeTL merupakan perusahaan swasta terbesar di Tanzania.


Kesuksesan MeTL bukan datang dengan tiba-tiba. Di sana ada cucuran keringat Dewij yang membuat perusahaan tersebut kini bernilai US$ 1 miliar. Bisnisnya telah tersebar seperti di Uganda, Ethiopia Kenya, Sudan Selatan, Rwanda, Burundi, Zambia, Mozambik, Malawi, Kongo, dan Tanzania.

Selepas lulus kuliah di Universitas Georgetown di Washington, Amerika Serikat (AS), pada 1998, Dewij langsung melanjutkan bisnis yang dirintis sang ayah Gulamabbas Dewji di MeTL. Berkat kemampuan bisnis dan membaca kebutuhan pasar, Dewij hanya membutuhkan waktu dua tahun dan kemudian dipercaya menjadi chief financial officer (CFO) di perusahaan milik keluarganya itu.

Pada tahun 2000-an, pemerintah Tanzania melakukan privatisasi ke perusahaan-perusahaan negara yang merugi. Ia mengambil kesempatan ini untuk membeli perusahaan tersebut dengan harga murah. Ia menghemat biaya operasional dengan memangkas pengeluaran pegawai.

Editor: Tri Adi