Menelisik dampak pemangkasan suku bunga acuan BI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang pengumuman keputusan pemangkasan kembali suku bunga acuan oleh BI sebesar 25 basis point dalam beberapa hari ke depan, IHSG pada hari ini mulai menunjukkan performa yang positif.

Dibalik ekspektasi positif dan performa positif Indeks yang tengah beredar di pasar saat ini, pasar juga harus mewaspadai jika ternyata keputusan BI terkait pemangkasan suku bunga tidak berjalan sesuai ekspektasi atau dengan kata lain BI tidak jadi kembali menurunkan suku bunga. 

Menurut Kepala Riset Narada Asset Management, Kiswoyo Adi Joe di tengah nilai tukar rupiah yang mencapai Rp 14.225 per dolar AS hari ini, Senin (19/8) pukul 15.14 WIB terdapat peluang BI tidak akan menurunkan suku bunga.


Baca Juga: BEI beri subsidi ke anggota bursa untuk kembangkan fasilitas tampilan notasi khusus

“Bisa jadi Bi karena dollar sedang menguat, rupiah kita lagi bahaya lagi Rp 14.000 lebih, bisa jadi BI takut kalau diturunin lagi takutnya rupiah makin melemah. 50:50 si kalau rupiahnya begini. Kecuali kalau rupiahnya Rp 14.00 akan lebih yakin untuk menurunkan.” Tutur Kiswoyo saat dihubungi, Senin (19/8).

Meskipun tidak kembali diturunkan, Kiswoyo melihat tidak akan terlalu banyak dampak yang terlihat bagi Indeks maupun emiten. Pasalnya menurut Kiswoyo dampak dari penurunan suku bunga tidak akan langsung terlihat. Dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk melihat dampak dari keputusan ini.

Berbeda dengan Kiswoyo, Vice President Artha Sekuritas, Frederick Rasali justru melihat jika BI tidak jadi menurunkan suku bunga acuan makan akan terjadi koreksi pada indeks. Tidak hanya berdampak pada pelemahan Indeks, jika BI tidak jadi menurunkan suku bunga acuan juga akan berimbas pada ekspor dan investasi asing ke Indonesia.

Baca Juga: Gagal menguat, IHSG turun tipis ke 6.286 di akhir perdagangan sesi I

“Kalau tidak turun kemungkinan indeks bisa terkoreksi ya, karena kondisi sekarang, isu global kan ada di masalah perdagangan. Lalu banyak sekali negara-negara menurunkan suku bunga sehingga mata uangnya melemah, kata Frederick ketika dihubungi, Senin (19/8). 

Editor: Handoyo .