Menkes Terawan jamin kesehatan WNI yang dikarantina dan warga Natuna



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyatakan pihaknya akan menjamin kesehatan 237 WNI dan 1 WNA yang tengah dikarantina di Natuna pasca-evakuasi dari Wuhan, China.  

Tak hanya yang dikarantina, Terawan menuturkan Kemenkes juga akan menjamin kesehatan warga Kabupaten Natuna. "Harus diingat, saya Menteri Kesehatan seluruh WNI, baik yang datang dari Wuhan maupun di Natuna, itu yang harus saya jamin kesehatannya," ujar Terawan di kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (4/2). 

Baca Juga: Pantau proses karantina WNI dari Wuhan, Menkes Terawan berkantor sementara di Natuna


Terawan mengatakan pihaknya menginginkan semua warga dalam kondisi sehat. Ia mengungkapkan, pemerintah tak akan membiarkan warganya sakit. "Saya ini menteri kesehatan semuanya, enggak akan saya biarkan satu sakit, satu sehat. Semuanya harus sehat," kata dia. 

Diberitakan sebelumnya, terdapat 238 orang yang tengah menjalani karantina usai dievakuasi dari Kota Wuhan, China. Masyarakat Natuna menolak daerahnya dijadikan lokasi karantina. 

Bahkan, mereka menggelar unjuk rasa yang nyaris berujung anarkistis, saat beberapa warga membakar ban mobil dan di tengah jalan menuju bandara. Terdapat enam poin tuntutan yang disampaikan demonstran. 

Pertama, meminta pemerintah daerah dapat menjadi penyambung lidah kepada pemerintah pusat, untuk menyampaikan apa yang menjadi tuntutan masyarakat Natuna. Kedua, masyarakat Natuna meminta agar WNI dari Wuhan untuk dipindahkan karantina di KRI  milik TNI. 

Baca Juga: Rumah Sakit BUMN siap hadapi penyebaran virus corona

Kemudian, KRI tersebut ditempatkan di lepas pantai. Ketiga, masyarakat Natuna meminta agar pemerintah daerah dan pusat memberikan kompensasi berupa jaminan kesehatan seperti posko layanan darurat dan cepat. 

Keempat, meminta pemerintah untuk mendatangkan dokter psikiater bagi masyarakat Natuna dan meminta Menteri Kesehatan berkantor di Natuna selama proses karantina dan observasi ini dilakukan di Natuna selama 14 hari. 

Editor: Tendi Mahadi