KONTAN.CO.ID - WANGI-WANGI. Pelan-pelan tangan Hidayah, seorang
dive master, menarik tangan penyelam lain untuk segera menuju permukaan. Hidayah tahu betul, keindahan dan keanekaragaman bawah laut Wakatobi sering kali memabukkan wisatawan. Warna-warni
soft coral yang begitu banyak serta ikan-ikan kecil beraneka jenis yang seolah asyik mengelilingi penyelam acap bikin lupa waktu. Bermodal tabung scuba terisi penuh 200 bar-220 bar, menyelam di kedalaman 15 meter dengan pernafasan normal, batas waktu 40 menit terasa begitu singkat. Titik menyelam (
spot diving) yang acap bikin penyelam terlena itu bernama
Mari Mabuk di Tomia, Wakatobi.
Total terdapat sekitar 99
spot diving di gugusan kepulauan Wakatobi yang diapit Laut Banda dan Laut Flores ini, siap menyajikan pengalaman luar biasa. Berada di Pusat Kawasan Segi Tiga Karang Dunia (
Coral Tri-angle Center), menjadikan Wakatobi memiliki koleksi biota laut yang terbesar. Dari 820 jenis karang di dunia, 750 jenis ada di Wakatobi. Dengan kata lain, 90% jenis karang di dunia ada di Wakatobi. Tak pelak, Wakatobi bak surga bagi para penggemar selam.
Keindahannya pun telah diakui dunia sebagai
The Little of Paradise in the World. Kini, Wakatobi digadang-gadang menjadi satu dari 10 Bali baru. "Selama ini saya mengetahui keindahan Wakatobi dari internet. Ini yang kemudian membawa saya untuk datang," ujar Julian, turis asal Prancis, kepada Tim Jelajah Ekonomi Pariwisata KONTAN. Wakatobi sendiri berasal dari akronim nama empat pulau besar, yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Ada banyak tujuan berlibur di empat pulau ini. Selain pariwisatanya, tentunya juga harus dikembangkan faktor pendukungnya seperti infrastruktur," ujar Bupati Wakatobi Arhawi. Menurutnya, Wakatobi harus terus bersolek mempercantik diri demi menarik pelancong lebih banyak lagi. Hitungan Arhawi, butuh dana sekitar Rp 5 triliun sampai Rp 10 triliun untuk mengembangkan wisata Wakatobi. Ini untuk mendesain infrastruktur Wakatobi, pembangunan ikon, dan marketing, katanya. Contohnya, pembangunan jembatan,
floating jetty, dan jalan. Dengan karakter geografis Wakatobi yang berupa gugusan kepulauan, infrastruktur sangatlah vital.
Rencananya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wakatobi akan menggarap pembangunan
floating jetty atau dermaga ferry untuk menghubungkan Numana-Kaledupa, Kaledupa-Tomia, dan Tomia-Binongko tahun depan. Nanti wisatawan juga masyarakat tak perlu lagi khawatir dengan ombak saat akan menyeberang ke pulau lain karena bisa menggunakan kapal besar, kata La Ode Arusani, Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Pemkab Wakatobi. Pemkab juga tengah gencar mendorong pertumbuhan perhotelan. Saat ini di Wakatobi terdapat 54 hotel dan ada 342 homestay. Kapasitas kamar yang tersedia dirasa masih tidak mencukupi. Ada pun tarif kamar yang ditawarkan mulai Rp 500.000 hingga Rp 1 juta untuk hotel berbintang. Kemudian, tarif hotel non bintang di kisaran Rp 300.000–Rp 400.000. Sedangkan
homestay Rp 100.00 per orang.
Editor: Yudho Winarto