Menyongsong pemulihan bisnis, rights issue dan digitalisasi menjadi strategi PANR



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi covid-19 menggerus sektor usaha pariwisata dan bisnis penunjangnya. Kinerja PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) tak luput tergulung pandemi. Namun setelah satu setengah tahun tiarap, PANR tengah bersiap untuk menyongsong pemulihan usaha.

Untuk memperkuat modal kerja dan mendorong pengembangan usaha, PANR pun berencana untuk melaksanakan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue sebanyak-banyaknya 1,2 miliar saham dan memberikan sebanyak-banyaknya 400 juta waran sebagai insentif bagi pemegang HMETD yang melaksanakan haknya.

Direktur Keuangan Panorama Sentrawisata Angreta Chandra mengungkapkan, PANR berencana memakai dana rights issue untuk pengembangan usaha, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui entitas anak, modal kerja, serta pengurangan sebagian utang. 


Angreta juga menekankan, pelaksanaan rights issue juga mempertimbangkan rencana strategis untuk memperkuat dan mempercepat digitalisasi bisnis Panorama Sentrawisata.

Baca Juga: Simak strategi bisnis Panorama Sentrawisata (PANR) untuk tahun 2021

"Salah satu tujuan penggunaan dana rights issue adalah untuk memperkuat business channel, supaya kami bisa merambah market yang lebih luas. Kami juga akan kerjasama dengan platform yang lain untuk memperkuat distribusi produk kami secara online," kata Angreta saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (26/7).

Dia menjelaskan, selama masa pandemi, segmen bisnis penopang pendapatan PANR yakni perjalanan turis inbound (WNA yang berwisata ke Indonesia) maupun outbond (orang Indonesia yang melancong ke luar negeri) terhambat oleh penutupan perbatasan antar negara. 

Begitu juga perjalanan domestik dan corporate travel yang merosot seiring dengan mobilitas yang terbatas. Kondisi ini membuat pendapatan PANR anjlok hingga kuartal pertama 2021. Merujuk pada laporan keuangan, PANR hanya mampu meraih pendapatan usaha sebesar Rp 17,60 miliar hingga Maret 2021.

Padahal pada tiga bulan pertama tahun lalu, PANR bisa membukukan pendapatan usaha sebanyak Rp 382,12 miliar. Artinya, terjadi penurunan pendapatan usaha hingga 95,39% secara year on year (YoY) pada kuartal pertama.

Angreta menjelaskan, kondisi tersebut lantaran pada kuartal pertama 2020 kondisi bisnis perjalanan wisata masih relatif normal, belum tergerus pandemi. "Sedangkan di Q1-2021 sudah full pandemi dan belum normal, itu sebabnya terjadi penurunan yang signifikan," ungkapnya.

Dari kuartal pertama ke kuartal kedua 2021, PANR sebenarnya sudah mencatatkan pergerakan bisnis yang positif. Sayang, dengan adanya larangan mudik Lebaran, laju pertumbuhan kinerja berlangsung tak optimal. "Kalau ada kondisi normal, pasti akan jauh lebih baik lagi. Dengan kondisi larangan mudik pun, Q2 itu sudah jauh lebih baik daripada Q1 secara revenue," ungkap Angreta.

Momentum pertumbuhan bisnis pariwisata pun kembali terhenti saat terjadi lonjakan kasus covid-19. Sebab pemerintah memberlakukan PPKM Darurat. Praktis selama bulan Juli, bisnis perjalanan pariwisata ikut terhenti. 

Editor: Handoyo .