Meski penyaluran kredit diramal naik, bank tetap setor dana di SBN pada tahun depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun permintaan kredit mulai meningkat, perbankan masih akan menempatkan dananya pada surat berharga di tahun depan. Hal ini dilakukan guna mengoptimalkan likuiditas saat ketidakpastian akibat pandemi. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan kredit perbankan tumbuh 3,24% year on year (yoy) per Oktober 2021. Sedangkan data Kementerian Keuangan mencatatkan penempatan dana perbankan di Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 1.554,03 triliun pada posisi yang sama. 

Nilai itu naik 9,67% yoy dari Oktober 2020 senilai Rp 1.416,97 triliun. Kendati demikian, bank telah mengurangi porsi kepemilikannya di SBN ini. Bila di Oktober 2020, porsi kepemilikan bank di SBN mencapai 39,18%, kini turun hingga 34,77%. 


Kendati demikian, para bankir mulai menimbang rencana pengetatan moneter dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dalam upaya mengurangi pembelian obligasi bulanan atau tapering. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk misalnya, mencatatkan pertumbuhan penempatan dana di SBN sebesar 15,31% yoy menjadi Rp 284 triliun per November 2021.

Baca Juga: Bank masih ketat dalam menyalurkan pendanaan kepada multifinance di tengah pandemi

Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan Instrumen SBN masih menjadi alternatif instrumen yang dapat dioptimalkan oleh sektor perbankan. Khususnya di saat pertumbuhan kredit masih dipengaruhi oleh pandemi dan kondisi likuiditas yang cukup.

Akan tetapi, penempatan pada SBN tetap dilakukan dengan mengedepankan prinsip pengelolaan risiko yang optimal dengan melakukan shortening duration. Yakni okus building dilakukan dengan membeli SBN tenor pendek.

Selain itu, pengaturan komposisi portofolio amortized cost juga merupakan salah satu strategi yang dilakukan dalam memitigasi risiko pasar akibat volatilitas harga SBN. Ke depan, BRI juga optimis bahwa SBN masih memiliki daya tarik imbal hasil yang baik di mata investor.

“BRI akan terus memperhatikan perkembangan rencana tapering off dan menyesuaikan strategi pengelolaan portofolio SBN sesuai proyeksi ekonomi terkini. Dengan mengedepankan pengelolaan risiko yang optimal melalui monitoring portofolio secara rutin dan intensif,” jelasnya.

Baca Juga: Pasar saham diyakini akan sambut positif aksi korporasi perbankan pada tahun depan

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan penempatan di surat berharga menjadi salah satu alternatif instrumen pengelolaan likuiditas yang dimiliki. Portofolio surat berharga Bank Mandiri naik 48% yoy menjadi Rp 268,1 triliun per Oktober 2021.

“Penempatan dana di surat berharga, merupakan salah satu strategi Bank Mandiri dalam mengelola likuiditas perusahaan. Hal ini juga merupakan upaya yang lazim dilakukan perbankan untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dan ekspansi kredit yang sehat,” ungkapnya kepada Kontan.co.id.

Editor: Tendi Mahadi