Miliarder perempuan pertama di Asia Tenggara (1)



Nguyen Thi Phuong Thao adalah perempuan paling tajir di Asia Tenggara dengan harta mencapai US$ 1,7 miliar. Harta ini diraih Nguyen melalui kesuksesan maskapai murah VietJet Air. Dalam tempo lima tahun, maskapai yang berjuluk "Bikini Airline" ini berhasil menguasai 40% pangsa pasar penerbangan Vietnam. Selain maskapai, Nguyen memiliki bisnis properti, resor, bank, kapal laut, hingga ekspor komoditas melalui induk usaha Sovico Holdings.

Siapa sangka jika pramugari dengan pakaian bikini menjadi awal dari kesuksesan VietJet Air? Meski sempat menuai kritik dari regulator, ide pemasaran ini berhasil menjadikan VietJet Air sebagai maskapai bujet dengan pertumbuhan pesat.

Nama besar VietJet yang kerap disebut "Bikini Airline" turut melambungkan nama Nguyen Thi Phuong Thao. Bloomberg memberikan gelar Nguyen sebagai miliarder perempuan pertama di Vietnam sekaligus di Asia Tenggara.  Nguyen adalah tokoh kunci di balik kesuksesan VietJet.


Dia merupakan pemilik VietJet yang melontarkan ide kemunculan pramugari cantik berbikini saat peluncuran VietJet di Desember 2011 silam. Ketika meluncur, banyak orang ragu VietJet bakal menuai sukses. Sebab, kala itu pasar penerbangan sudah dikuasai maskapai milik pemerintah yakni Vietnam Airlines.

Namun, tangan dingin Nguyen berhasil membungkam semua prediksi pasar. Dalam tempo lima tahun, mengutip Forbes, pangsa pasar VietJet sebesar 40% dengan pendapatan mencapai US$ 1,2 miliar di akhir 2016.

Di usia 46 tahun, Forbes menaksir kekayaan Nguyen mencapai US$ 1,7 miliar per Maret 2017. Kekayaannya tersebut meroket  sesudah VietJet menggelar penawaran saham perdana (IPO) di Februari 2017.

Di perhelatan itu, Nguyen menjual 30% sahamnya. Mengutip The Sun, di hari pertama IPO, valuasi VietJet mencapai US$ 1,4 miliar, membuntuti penguasa pasar Vietnam Airlines dengan valuasi US$ 2,1 miliar.

Di tahun ini, Nguyen percaya diri bisa membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 30%. Saat ini, VietJet mengoperasikan 60 rute penerbangan domestik dan internasional dengan 29 pesawat.

Berambisi menjadi penguasa pasar, Nguyen baru saja memesan 200 unit pesawat senilai total US$ 23 miliar dari Airbus dan Boeing. Ratusan pesawat baru tersebut diperkirakan bakal bisa digunakan pada tahun 2023 mendatang.

Editor: Tri Adi