MNC mengawali sukses dari broker saham



DI jagat bisnis media Tanah Air, nama Grup Media Nusantara Citra (MNC) tidak asing lagi. Grup yang dinakhodai pengusaha Hary Tanoesoedibjo ini memiliki jejaring media massa cukup komplit. Ada stasiun televisi, radio, suratkabar, media daring hingga televisi berbayar.

Tidak dalam sekejap Hary Tanoesoedibjo membangun kerajaan medianya. Embrio Grup MNC lahir pada tahun 1989, yakni PT Bhakti Investama. Ini sebuah perusahaan yang bergerak di bidang sekuritas. Kala itu, Hary Tanoe masih berusia 25 tahun. Dia mendirikan Bhakti Investama dengan modal sebesar puluhan juta rupiah. 

Kemudian pada 1997, pria yang ngetop disebut Hary Tanoe ini membuat terobosan. Setahun sebelum krisis 1998 berkecamuk, Bhakti Investama (BHIT) mencatatkan saham perdana (IPO) di bursa efek. Belakangan Bhakti Investama bersalin nama menjadi MNC Investama.


Status sebagai pemilik perusahaan investasi membuat Hary Tanoe kerap berinteraksi dengan para konglomerat di negeri ini. Hal ini rupanya membuka peluang ekspansi bagi pengusaha ini.

Empat tahun setelah badai krisis moneter berlalu, tepatnya di 2002, Hary Tanoe kian getol melebarkan sayap bisnis. Dia memanfaatkan momentum krisis untuk mengakuisisi perusahaan lain, terutama yang nilainya menciut. Hary antara lain membeli sebagian saham Bimantara Citra, perusahaan milik anak mantan Presiden Soeharto, yakni Bambang Trihatmodjo. Bendera bisnis Media Nusantara Citra (MNC) pun mulai berkibar.

Kisruh saham TPI

Setahun berkecimpung di bisnis media, Hary Tanoe terkena batu sandungan. Dia berseteru dengan Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut, anak tertua Soeharto. Ini terkait kisruh kepemilikan saham PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia atau TPI. yang kini bersalin nama jadi MNC TV.

Kisruh bermula tatkala Mbak Tutut selaku pemilik TPI, punya tunggakan utang senilai Rp 1 triliun akibat imbas krisis moneter 1998. Hary Tanoe yang kala itu menjabat sebagai Direktur Utama Bimantara Citra, bersama Mbak Tutut, mendirikan PT Berkah Karya Bersama.

Di perusahaan inilah keduanya meneken perjanjian investasi pengalihan 75% saham TPI Ke Berkah Karya Bersama untuk menutup utang Tutut. Dari hasil rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), saham Mbak Tutut di TPI yang semula 100% terdilusi menjadi 25%. 

Editor: Rizki Caturini