Moody's menurunkan outlook ABM Investama (ABMM) jadi negatif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody's Investor Service merevisi outlook PT ABM Investama Tbk (ABMM) menjadi negatif. Meski begitu, Moody's menegaskan peringkat perusahaan dan obligasi senior milik ABM Investama di level B1. ABMM memiliki obligasi senior senilai US$ 350 juta jatuh tempo pada tahun 2022.  

"Perubahan pandangan ABMM ke negatif dari stabil mencerminkan kami proyeksi kami bahwa metrik kredit akan memburuk selama 12 berikutnya bulan, di tengah lingkungan operasi menantang termasuk harga batubara yang melemah," kata Maisam Hasnain, Asisten Wakil Presiden dan Analis Moody's. Virus corona yang menyebar begitu cepat menjadi salah faktor Moody's menilai kondisi bisnis akan menantang. Belum lagi terjadi penurunan harga minyak dan harga aset bisa menyebabkan guncangan kredit yang parah di banyak sektor dan wilayah. 

Baca Juga: Moody's: Metrik Kredit Indika (INDY) akan Memburuk Selama 12 Bulan ke Depan


ABM memiliki batubara dengan termal rendah yang harganya masih akan tetap rendah selama 12 bulan ke depan karena virus corona mengurangi permintaan batubara termal. Berdasarkan asumsi harga jangka menengah batubara termal Newcastle akan berkisar di US$ 60 - US$ 65 per ton. Akibatnya, Moody's memperkirakan, pendapatan dan arus kas ABMM akan lemah. 

Perusahaan ini masih akan mempertahankan EBIT/bunga yang disesuaikan sekitar 1,3 kali dan arus kas disesuaikan (CFO-dividen)/utang sekitar 17% selama 12-18 bulan ke depan. Ini akan melanggar patokan untuk peringkat B1 yang harus mempertahankan di 2,0 kali dan 20%. Hal ini berpotensi menurunkan peringkat ABM. 

Baca Juga: Derasnya Permintaan Restrukturisasi Menjadi Tantangan Terbesar Bisnis Multifinance

Kontraksi pendapatan karena harga batubara lebih rendah akan didorong dari anak perusahaan di bidang pertambangan, PT Reswara Minergi Hartama. Reswara memiliki tiga tambang yang beroperasi dan menjadi kontributor hampir setengah dari pendapatan ABM di tahun 2019.

Batubara Reswara melalui PT Mifa Bersaudara (MIFA) menghasilkan 7,1 juta ton pada tahun 2019. ABM meningkatkan produksi di tambang MIFA untuk mengkompensasi penurunan produksi di tambang PT Tunas Inti Abadi (TIA) yang menghasilkan empat juta ton pada tahun 2019. Kemungkinan TIA akan kehabisan cadangan batubara pada tahun 2022.

Editor: Avanty Nurdiana