Nasib Bisnis Tes PCR dan Antigen Pasca Pemerintah Perlonggar Syarat Naik Transportasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Pemandangan berbeda terlihat di sejumlah fasilitas penyedia jasa tes usap PCR (reverse transcription polymerase chain reaction) dan antigen Covid-19 belakangan ini. Jika bulan Februari lalu masih ramai dengan antrean pasien, memasuki pekan kedua Maret, kunjungan pasien lebih sepi dari biasanya.

Bagai roda nasib yang berputar, begitulah yang kejadian. Penurunan kunjungan pasien pun terjadi menyusul adanya pelonggaran kebijakan wajib tes PCR atau antigen untuk penumpang transportasi.

Seperti cerita staf administrasi Klinik Anugrah di Banyuwangi, Jawa Timur. Klinik yang sebelumnya banyak melayani pasien untuk periksa PCR dan antigen untuk persyaratan menyeberang ke Bali itu, belakangan, sepi dan lebih banyak melayani pengobatan pasien.


"Sekarang kami fokus ke layanan pengobatan," kata staf admin Klinik Anugrah kepada KONTAN, Rabu (23/3).

Baca Juga: Masyarakat Makin Terbiasa, Bisnis Kartu Perbankan Mulai Menuju Kondisi Pra Pandemi

Adapun sebelumnya, Klinik Anugrah yang berlokasi dekat Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, itu ramai dikunjungi wisatawan yang ingin tes PCR atau antigen untuk syarat menyeberang ke Bali.

Kondisi yang tak jauh berbeda terjadi di RS Krakatau Medika di Serang, Banten. Pasca pelonggaran aturan wajib PCR bagi penumpang transportasi, jumlah pengunjung tes PCR dan tes antigen di RS Krakatau Media ikut turun. "Kunjungan pasien turun sampai 50%," kata Agus Wirawan, Humas RS Krakatau Media.

Namun demikian, layanan PCR dan antigen masih tersedia di RS Krakatau Medika karena mereka melayani pasien rawat jalan dan rawat inap. Pasien yang mau mendapat tindakan medis tetap wajib tes PCR agar tidak berisiko menulari petugas medis dan pasien lain dari Covid-19.

Penurunan jumlah pasien yang melakukan tes PCR dan antigen juga terjadi di klinik dokter mandiri. David, Penanggungjawab Fasilitas Praktik Dokter Etty di Kranggan, Bekasi, Jawa Barat, bilang, dalam sebulan biasanya mereka melayani 30 pasien tes PCR, tapi belakangan hanya 20 pasien.

Dari sisi bisnis, David bilang, penurunan layanan PCR dan antigen itu tidak berpengaruh besar bagi mereka. Sebab, sebelum membuka layanan PCR, mereka sudah buka layanan kesehatan bagi warga Kranggan.

Baca Juga: Jadwal Libur Bersama & Tanggal Merah Idul Fitri 2022, Persiapan Mudik Lebaran

"Yang berat itu laboratorium yang buka saat Covid-19. Jika sepi, tentu bisnis mereka terganggu," tambah David.

Apa yang disampaikan David memang menjadi beban pikiran bagi pengusaha laboratorium jasa PCR dan antigen yang muncul saat pandemi. Kondisi ini terlihat dari layanan operasional tes PCR dan antigen di Quicktest yang turun sampai 75% belakangan ini. Maklum, 60% pasien yang datang untuk periksa PCR dan antigen adalah pengguna transportasi.

Sekadar gambaran, Quicktest biasanya melayani 5.000 tes PCR per hari dan sebanyak 10.000 tes antigen per hari. Namun karena penumpang transportasi tak wajib PCR dan antigen lagi, pasien yang datang ke Quicktest lebih banyak karena alasan medis. "Yang dapat kami lakukan saat ini hanyalah efisiensi tenaga kerja dan mengurangi biaya operasional agar tidak terjadi kerugian," ungkap Irawati.

Editor: Noverius Laoli