Nih, rekomendasi analis atas saham LPKR



JAKARTA. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) akan menjual 15% saham anak usahanya PT Siloam International HospitalsĀ Tbk (SILO) ke perusahaan investasi global, CVC Capital Partners Ltd dan Ciptadana. Nilai transaksi tersebut mencapai Rp 2,2 triliun. CVC akan membeli saham dari LPKR dan Ciptadana melalui Penawaran Umum Terbatas (PUT) yang akan dilakukan SILO.

CVC adalah perusahaan investasi global dari Luxemburg sejak tahun 1968. CVC telah berinvestasi empat kali dalam perusahaan Indonesia yaitu PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Link Net Tbk (LINK), MAP Aktif Adiperkasa dan Softex.

Franky Riyandi Rivan, analis Daewoo Securities mengatakan penjualan saham ke CVC lebih kepada transfer keahlian daripada mencari pendanaan.


LPKR hanya menjual 9% saham dari total kepemilikannya yaitu 70.8% di SILO, "Saham yang dijual tidak cukup besar, makanya perseroan masih mempertahankan posisinya sebagai pemegang saham terbesar dari SILO," kata Franky kepada KONTAN, Kamis (1/9).

Franky juga melihat rasio leverage perseroan masih cukup stabil. Di kuartal dua tahun ini, LPKR net gearing, debt to equity dan rasio cakupan bunga masih berada di 0.2x, 0.6x, dan 7.5x masing-masing.

"Kami tidak melihat ada urgensi bagi perseroan untuk mengurangi rasio pasiva terhadap ekuitas pada neraca keuangannya," jelas Franky.

Dalam jangka panjang SILO diharapkan bisa menjadi rumah sakit yang menghasilkan pendapatan yang bertumbuh. Sehingga dengan mempertahankan 61,8% saham di SILO, menurut Franky LPKR masih akan mampu memanfaatkan potensi upside dari SILO. Transaksi tersebut diharapkan bisa selesai di akhir tahun ini.

Sementara sepanjang enam bulan pertama tahun ini LPKR meraih pendapatan sebesar Rp 5,1 triliun atau tumbuh 8% (YoY) dibanding periode sama tahun lalu Rp 4,7 triliun. Namun, laba bersihnya harus turun 36% menjadi Rp 498 miliar dari semester I-2015 Rp 775 miliar.

Maula Adini Putri analis Ciptadana Sekuritas dalam risetnya pada Senin (15/8) lalu mengatakan capaian pendapatan LPKR di semester pertama ini sejalan dengan proyeksinya atau telah memenuhi 48% dari target selama setahun. Sementara laba bersih jauh dari target atau hanya memenuhi 30% proyeksi di 2016 ini.

Semester pertama tahun ini LPKR hanya membukukan pra penjualan Rp 602 miliar. Capaian ini di bawah proyeksi manajemen dan analis Maula yaitu memenuhi 9% dan 13% masing-masing dari proyeksi selama setahun.

Makanya LPKR merevisi target pra penjualan dari Rp 6,6 triliun menjadi Rp 5,2 triliun. Sementara, Maula masih mempertahankan proyeksi pra penjualan selama setahun yaitu Rp 4,5 triliun.

"Kami percaya di semester dua ini pasar properti akan lebih terdorong dari program amnesti pajak dan perbaikan ekonomi yang dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di sektor properti," jelas Maula.

Editor: Yudho Winarto