Nilai kapitalisasi market bursa China tergerus hingga Rp 5.754 triliun dalam sehari!



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Nilai kapitalisasi market bursa China tergerus US$ 420 miliar atau Rp 5.754 triliun (kurs Rp 13.700) pada hari Senin (3/2/2020). Informasi saja, hari ini merupakan pembukaan market perdana China setelah libur selama sepekan lebih karena perayaan Imlek.

Rupanya, selain melepas saham, investor juga menjual yuan dan membuang komoditas karena kekhawatiran tentang penyebaran virus corona dan dampaknya terhadap ekonomi. Melansir Reuters, jumlah total kematian di China akibat virus corona naik menjadi 361 pada hari Minggu.

Aksi jual terus melanda kendati bank sentral Negeri Panda menyuntikkan dana tunai ke dalam sistem keuangan dengan tujuan menyokong ekonomi China dan dirilisnya regulasi yang jelas untuk mengekang penjualan aset.


Pada penutupan sesi pertama, indeks acuan Shanghai Composite merosot 8% lebih mendekati level terendah dalam satu tahun terakhir dan menjadikan hari ini sebagai hari terburuk dalam lebih dari empat tahun.

Baca Juga: Hindari wabah virus corona, Honda tutup pabrik di Wuhan

Di bursa China, lebih dari 2.500 saham jatuh melampaui batas harian 10%. Catatan Reuters, siang ini, Shanghai Composite terakhir berada di level 2.734,7.

Di sisi lain, yuan dibuka pada level terlemah pada tahun 2020 dan keok hampir 1,2%, melewati level simbolik 7-per-dollar yuan akibat suasana pasar di seluruh Asia yang memburuk. Adapun nilai tukar yuan di pasar onshore berada di level 7,0165 per dollar AS.

Sementara, harga kontrak minyak, bijih besi, tembaga, dan komoditas lunak yang diperdagangkan di bursa Shanghai semuanya mencatatkan penurunan tajam, menyusul penurunan harga komoditas global.

Baca Juga: Regulator China mendesak manajer investasi tak lepas saham kecuali ada redemption

Tembaga merosot ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun, dengan penurunan mencapai 7%. Sementara aluminium dan timah merosot lebih dari 4% dan kedelai turun 2%.

Virus baru telah membuat kecemasan baru karena menyebar dengan cepat. Di sisi lain, belum banyak yang diketahui tentang virus itu dan respon drastis pemerintah cenderung menyeret pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Virus corona merebak, Indonesia masih belum tutup jalur pelayaran dari dan ke China

"Ini akan berlangsung selama beberapa waktu," kata Iris Pang, ekonom Tiongkok Besar di ING kepada Reuters.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie