P2P lending Ilegal China minta foto telanjang sebagai jaminan pinjaman



KONTAN.CO.ID - GUANGZHOU. Fintech peer to peer (P2P) lending ilegal tidak hanya meresahkan masyarakat Indonesia. Praktik penagihan pinjaman tidak etis juga terjadi di China.

Di negeri yang memiliki ribuan fintech P2P lending ini, ada pemain ilegal yang mensyaratkan peminjam mengirimkan foto telanjang sebagai jaminan pinjaman.

Mengutip The Southern Metropolis Daily pada Minggu (28/7), Pperusahaan pinjaman ilegal memangsa peminjam dari kalangan mahasiswa. Biasanya para mahasiswa ini tidak bisa mendapatkan kredit Lembaga keuangan konvensional.


Baca Juga: Satgas Waspada Investasi sudah blokir fintech yang umumkan nasabah "siap digilir"

Namun, P2P lending illegal ini mengancam peminjam dengan mempublikasikan secara online foto tak senonoh tadi, bila mereka tidak membayar kembali uang pinjaman. Beberapa siswa telah meminta bantuan polisi, ditemani oleh orang tua mereka.

Seorang wanita muda yang memberikan namanya sebagai Li Li mengatakan telah meminjam melalui platform pinjaman online.

Dia mengatakan kepada surat kabar Nandu Daily yang bermarkas di Guangzhou bahwa rentenir meminta siswa untuk memberikan fotokopi kartu identitas, kartu pelajar dan data keluarga, serta foto-foto telanjang.

“Awalnya saya hanya meminjam 500 yuan dari pemberi pinjaman di platform dengan tingkat bunga 30% per minggu. Ketika bunga menumpuk, saya harus meminjam lebih banyak untuk membayar utang dan menawarkan gambar telanjang sebagai jaminan. Saat ini, saya berutang kepada pemberi pinjaman 55.000 yuan, ”kata Li.

Baca Juga: Fintech P2P lending sudah salurkan pinjaman Rp 44,8 triliun per Juni 2019

P2P lending telah tumbuh dengan cepat di China, di mana ada 780 juta orang yang online tahun lalu. Namun pemain industri ini mulai ditutup sejak situs pinjaman online Ezubao ditemukan telah menipu 900.000 investor dari hampir 50 miliar yuan dalam skema Ponzi raksasa pada bulan Februari lalu.

Salah satu platform yang diduga terlibat dalam skandal itu adalah Jiedaibao JD Capital. Situs tersebut mengatakan kepada surat kabar Global Times bahwa penggunaan gambar telanjang sebagai jaminan untuk pinjaman adalah kesepakatan pribadi antara pengguna di mana perusahaan tidak dapat ikut campur.

Editor: Yudho Winarto