Pahami Bahaya Gagal Ginjal Kronis dan Risiko Hiperkalemia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH mengingatkan pentingnya deteksi dini dan intervensi dini bagi pasien penyakit ginjal kronis.

“Bila tidak mendapatkan tata laksana yang baik dalam 7 tahun bisa menjadi gagal ginjal kronis (PGK-red). Namun jika terdeteksi lebih awal, maka gagal ginjal bisa lebih lama,”ungkapnya melalui keterangannya Senin (23/12).

Sebagai informasi, penyakit ginjal kronis erat kaitannya dengan Hiperkalemia. Ketika seseorang mengalami PGK, ginjal tidak dapat mengeluarkan kalium dengan efektif seperti biasanya.


Baca Juga: Lindungi Diri dari Penyakit Kritis, BCA Life dan BCA Luncurkan Produk STAR

Hal ini dapat menyebabkan penumpukan kalium dalam darah, yang merupakan karakteristik dari hiperkalemia. Peningkatan kadar kalium dalam darah ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi

Pada penderita hiperkalemia, ginjal secara perlahan akan kehilangan fungsinya, yakni untuk menyaring darah, mengeluarkan limbah, dan menjaga keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh.

Hiperkalemia merupakan kondisi dengan ditandai tingginya kadar kalium dalam darah yang dapat mengancam jiwa. Episode hiperkalemia pada pasien dengan PGK bisa meningkatkan kemungkinan kematian dalam waktu satu hari setelah kejadian.

Selain bagi para penderita PGK, kondisi ini sangat rentan muncul pada pasien yang menderita gagal jantung, diabetes mellitus dan bagi mereka yang mengonsumsi obat tekanan darah.

Baca Juga: Ingin Hidup Lebih Lama? Perhatikan Asupan Garam Anda

Namun bagi penderita PGK, mereka lebih rentan terkena hiperkalemia dengan risiko lebih besar antara 40% hingga 50%.

Bahkan pada kondisi gagal ginjal level lima, dr. Pringgodigdon menyebut risiko kemunculan hiperkalemia bisa sampai sebelas kali lebih berpotensi daripada mereka yang tidak menderita PGK memiliki risiko 1 kali saja.

Kasus ringan PGK mungkin tidak menimbulkan gejala, namun jika diagnosisnya terlambat dari hiperkalemia bisa menyebabkan henti jantung dan kematian.

Untuk itu, penting mendorong pemeriksaan segera melalui tes darah dan elektrokardiogram (EKG) agar memungkinkan pasien menerima pengobatan yang tepat sesegera mungkin.

Deteksi dini memungkinkan intervensi untuk membantu normalisasi kadar kalium dan mencegah komplikasi yang terkait dengan hiperkalemia, seperti aritmia jantung atau masalah jantung serius lainnya.

Baca Juga: 8 Makanan yang Cepat Menurunkan Trigliserida, Catat Ya!

“Tidak hanya itu, deteksi dini juga memberikan penghematan biaya karena tidak perlu dilakukan terapi pengganti fungsi ginjal selama bertahun-tahun. Sehingga kualitas hidup pasien bisa menjadi lebih baik,” jelas dr dr. Pringgodigdo.

Editor: Yudho Winarto