Pamor saham emiten batubara mulai memudar, begini rekomendasi saham dari analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pesona saham emiten penambang batubara mulai memudar. Sejumlah harga saham emiten komoditas energi ini melempem setidaknya dalam jangka waktu sepekan hingga sebulan perdagangan.

Misalkan saja saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang dalam sepekan melemah 3,17%. Dalam sebulan perdagangan, emiten yang dinakhodai Garibaldi ‘Boy’ Thohir ini melemah 4,55%.

Adapula saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang dalam sepekan hanya menguat tipis 0,37%, dan dalam sebulan perdagangan melemah 2,90%. Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga melemah 9,24% dalam sepekan.


Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, koreksi harga saham emiten-emiten batubara ini sejalan dengan pelemahan harga komoditas batubara. Ditambah, dengan adanya aksi ambil untung (profit taking) karena kenaikan harga saham-saham yang sudah cukup signifikan.

Baca Juga: Penjualan pulih, berikut rekomendasi saham HMSP dari analis

Mengutip Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak berjangka Januari 2022 berada di level US$ 159 per ton. Harga ini sudah menurun dari level tertingginya pada 5 oktober 2021 di level US$ 272,5 per ton.

Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya menilai, koreksi harga batubara tidak terlepas dari strategi China untuk keluar dari krisis energi. Terakhir, terdapat rencana untuk mematok harga batubara di kisaran US$ 69 per ton. 

Hal ini bertujuan agar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Negeri Panda tersebut tidak merugi saat melakukan generasi listrik. Saat ini pun banyak tambang batubara yang kembali beroperasi di China untuk memenuhi kebutuhan energi menjelang musim dingin.

Panin Sekuritas memproyeksikan harga batubara pada akhir tahun ini berada di level US$ 140 per ton. Ke depan, salah satu sentimen adalah bagaimana China dan India bisa mengatasi kebutuhan batubara untuk musim dingin. 

“Jikalau produksi terhalang atau tidak bisa mencukupi kebutuhan lagi, maka ada potensi peningkatan kembali harga batubara,” terang Timothy saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (29/10).

Baca Juga: Ada potensi naik double digit, ini rekomendasi saham Sido Muncul (SIDO)

Senada, Timothy menilai koreksi yang menimpa saham-saham penambang batubara seharusnya masih wajar, karena memang saham-saham ini sudah naik cukup masif. Diharapkan saham-saham tambang batubara ini bisa menguat kembali setelah pasar melihat laporan keuangan kuartal ketiga dan kuartal keempat.

Saham masih menarik

Timothy menilai, saham di sektor tambang batubara masih menarik dicermati, paling tidak sampai kuartal I-2022. Pasar berekspektasi peningkatan harga batubara terealisasi ke dalam laporan keuangan emiten.

Selain diuntungkan dari krisis energi China dan India, Indonesia juga kecipratan berkah dari sitegang China dan Australia. Sejak China melarang impor batubara dari Australia, Indonesia dan negara lainnya seperti Rusia dan Mongolia menjadi tujuan utama China dalam memenuhi kebutuhan batubaranya. Indonesia mencatatkan peningkatan permintaan hingga 146,6 juta ton atau naik 43,8% secara year-on-year (YoY).

Editor: Tendi Mahadi